KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Pasca dinyatakan sembuh dan keluar dari ruang isolasi RSUD Kota Kendari pagi tadi, SF tampak lega. Raut bahagia pun terpancar di wajahnya. Pemuda asal Muna Barat yang nyantri di Gontor ini pun berbagi cerita, melewati masa-masa melawan virus yang bersarang di tubuhnya.
Bagi pemuda ini, menyandang status positif Covid-19 dan harus tinggal di ruang isolasi justru memberikan banyak pelajaran dan hikmah. Selama 17 hari berada di ruang isolasi, kepada awak lenterasultra.com, SF mengaku heran, bagaimana mungkin ia bisa terjangkit dan berstatus positif usai dilakukan swab tenggorok. Masih lekat dalam ingatannya, ia sama sekali tidak bersentuhan dengan orang lain dalam perjalanan pulang dari Gontor Ponorogo.
“Saya juga tidak tahu kenapa bisa saya dikena ini virus corona. Padahal, saya sama sekali tidak bersentuhan dengan orang lain, rajin olah raga terus, pakai masker dan menjaga kesehatan juga”, ungkapnya.
Namun, selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Karena mengetahui bahwa penyakit tersebut beum ada obatnya, maka satu-satunya cara adalah berdoa kepada Allah SWT.
“Ada juga hikmahnya kak, karena selama dikarantina itu tidak ada yang saya dilakukan. Memang suntuk, tapi berkat berada di tempat tersebut, sering salat sunnah terus. Hampir juga satu Al Quran itu sa baca saking tidak ada kegiatanku”, pungkasnya.
Ia pun berbagi tips untuk mengurangi kebosanan saat tak ada kegiatan. Seperti banyak-banyak berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman.
“Yang utama itu banyak-banyak ibadah baik salat wajib dan sunnah serta sering-sering mengaji saja. Sering-sering olah raga dalam ruangan isolasi dan jangan banyak pikiran. Kalau ada HP, sering-sering saja komunikasi dengan keluarga atau teman-teman. Saya buka-buka youtube. Intinya kita punya pikiran jagan sampai suntuk”, katanya.
Beruntung selama masa isolasi orang tua SF juga intens berbagi kabar. Memberikan support agar anaknya tetap sabar dan kuat menghadapi penyakitnya.
“Mereka selalu memberikan semangat dan berbicara santai seperti tidak ada kejadian apa-apa. Ibaratkan saja berada di Gontor dan orang tua di Muna Barat,” pungkasnya. (B)
Reporter: Herlis Ode Mainuru
Editor: Wulan