Mahalnya Tarif Internet Hambat Aktivitas Belajar Daring di Tengah Pandemi Covid-19

 

 Beragam toturial aplikasi belajar mengajar daring mesti dipelajari lebih dulu melalui media kanal Youtube dan menelan kuota internet cukup mahal. Foto: Riza Salman

BAUBAU,LENTERASULTRA.COM – Taty Maryati (37) baru saja menutup aplikasi WA (WhatsApp) yang digunakannya selama berjam-jam saat di kediamannya, Kamis (2/3/2020). Aktivitas itu dilakukan sambil mengerjakan rutinitas harian sebagai ibu RT (Rumah Tangga), merawat keluarganya sejak pemberlakuan libur sekolah secara serentak di semua daerah oleh pemerintah Indonesia, terhitung pertengahan Februari kemarin dan diperpanjang hingga akhir Mei mendatang.

Taty seorang guru mata pelajaran TIK (Teknlogi Informasi dan Komunikasi) di SMAN 1 kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Saban hari seiring waktu pelajaran sekolah dimulai, mencermati satu demi satu file jawaban tugas belajar yang diberi ke siswa.

Aktivitas itu diakuinya kerap membuat tubuh dan pikiran lelah lantaran harus membaca puluhan file yang masuk dalam WAG (WhatsApp Grup) per kelas. Dalam satu kelas jumlah siswa sebanyak lebih dari 30 murid. Ia juga kehawatir sistem pembelajaran melaui media daring akan menurunkan kemampuan fisik dan mental siswa.

“Sebisa mungkin jangan terlalu dikasih tugas terus. Mereka browsing tentang pelajaran yang saya beri. Kalau setiap mata pelajaran dikasih tugas, bisa menurun daya tubuh mereka karena kecapean” kata Taty.

Selama proses belajar mengajar berlangsung, tidak jarang didapati siswa tidak aktif dalam WAG lantaran kehabisan atau tidak memiliki paket data internet. Bahkan terdapat siswa yang dari latar belakang orang tua ekonomi lemah tidak memiliki telepon genggam pintar, hanya menggunakan telepon selular biasa dengan fasilitas telepon dan SMS.

“Selama ini mereka semangat, cuma ada beberapa siswa japri (jalur pribadi) ke saya terkendala itu, orang tuanya kerja serabutan untuk mendapat pulsa data” ungkapnya.

Bahkan terdapat sejumlah siswa bertanya apakah bisa mengumpul tugas ke rumah guru bersangkutan? Namun Taty tidak memperbolehkan berhubung beredarnya imbauan pemerintah terhadap masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah.

“Dari semua kan tidak memiliki HP anroid. Itu kendalanya, hanya hp biasa” ujarnya.

Ia mengeluhkan umumnya sejumlah aplikasi belajar mengajar memakan kuota internet besar, terpaksa harus beralih ke aplikasi medsos melalui WAG.

“Saya pribadi tidak mewajibkan siswa kumpul tugas saat jam pelajaran saya berakhir, karena jangan sampai ada siswa yang tidak standby saat itu. Mungkin tidak ada paket datanya atau bagaimana kasihan” tandasnya.

Taty melanjutkan “Dia mesti numpang wifi dimana? Jadi saya biasanya sampai jam 7 malam batas pengumpulan tugas” katanya.

Tentang kualitas tugas tidak bisa dipastikan apakah siswa giat mencari beragam sumber. Dari tugas yang dikumpul, terlihat sumber yang sama diperoleh dengan cara mem-browsing internet.

Ia menilai beberapa aplikasi yang ada agak menyulitkan, karena harus menonton tutorial di Youtube. Sedangkan guru ada juga yang mesti melakukan hal yang sama.

“Harusnya siswa japri ke gurunya masing-masing, bukan mengirim tugas ke WAG. Akhirnya tugas dari berbagai macam pelajaran yang masuk bertumpuk di WAG. Ini menyultikan kami menyortir file demi file. Dan itu memakan memori ponsel, apalagi RAM hape kecil” pungkasnya. (A/P9)

Editor: Fiyy

Covid-19Kota BaubauMahalnya biaya internetSultra