“Menguliti” Relawan Politik

Direktur AMAN Center, La Ode Rahmat Apiti. (Istimewa)

KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Tim sukses atau biasa membalut nama jadi relawan salah satu elan vital kesuksesan kandidat cabub. Relawan yang dibentuk di masyarakat beragam identitas baik karena satu kelompok, suku, hobi, bahkan relawan karena ikatan genetik juga tidak ketinggalan.

Relawan bekerja untuk memenangkan pertarungan politik, kerja kerja relawan tidak terikat oleh jam kerja. “menjual” kelebihan kandidat yang diusung merupakan “pemanis” dalam mempengaruhi masyarakat.

Kehadiran relawan politik menjamur saat “musim” pilkada dan muncul di permukaan dalam berbagai bentuk jenis relawan dan untuk menarik simpati pemilih relawan dijadikan ujung tombak kerja kerja politik di lapangan.

Semakin banyak relawan dibentuk oleh kandidat dan yang diinisiasi oleh masyarakat, maka diharapkan mesin politik bisa bekerja dengan taktis serta ekspansif. Kinerja relawan harus terukur dan sistrmatis sehingga tidak tumpang tindih kinerja antar sesama relawan anggota relawan harus kreatif dan melakukan “manuver” politik.

Bila kita cermati lebih jauh relawan yang terbentuk disetiap kandidiat kita akan menemukan beberapa tipe.

Pertama, relawan militan

Tipe ini sangat aktif melakukan kerja-kerja pemenangan, mereka bekerja dengan semangat dan militan tidak suka mencari “muka” dan menyalahkan pihak lain dalam bekerja. Relawan tipe ini bekerja militan dan rela “mengorbankan” apapun demi kemenangan kandidat  yang didukung.

Kedua, relawan asal bapak senang (ABS)

Relawan tipe ini bekerja tanpa pedoman, miskin ide dan nihil inisiatif. Ciri khas relawan ini, suka memberikan iformasi surga dan selalu berkata  beres,tapi ketika dicek di lapangan, kinerjanya bodong. Bahkan tipe-tipe relawan seperti ini hanya akan bekerja, bila menguntungkan secara ekonomi dan mereka akan mengklaim kemenangan calon karena kerja-kerja yang dilakukan kelompoknya. Modal utama menjadi relawan seperti ini “tebal” muka dan pintar “winto” (istilah lokal: memuji).

Ketiga, relawan titipan

Relawan seperti ini sangat berbahaya karena merupakan titipan pihak lawan tugasnya hanya menyuplai informasi strategis. Oknum relawan seperti ini biasanya tidak mau bekerja secara terbuka aksinya lebih banyak diam dan menguping informasi dan menyuplai ke pihak lain. Pergerakan oknum relawan seperti ini harus dideteksi secara dini, sebab bila tidak diantisipasi berbagai informasi penting akan bocor.

Kandidat sebaiknya harus selektif dalam merekrut relawan terutama tim ring satu. Relawan harus di monitor dan di evaluasi kinerjanya dilapangan sehingga berbagai kelemahan dilapangan bisa diantisipasi.

Pengalaman penulis selama ini dalam bergelut dengan relawan sehingga loyal dan militan yakni melakukan konsolidasi kultural dalam berbagai bentuk serta membekali dengan berbagai “trik” jitu dalam membangun simpati dan “menjual” kandidat ke publik.

Menguji loyalitas dan militansi relawan harus dilakukan sehingga kita bisa mengukur kekuatan “mesin” politik relawan.

loyalitas dan militansi mereka sangat menentukan kemenangan dalam pertarungan politik.

Penulis: Direktur AMAN Center, La Ode Rahmat Apiti
Rahmat Apiti