Oleh, Laode Rahmat Apiti
Seleksi calon Aparatur Sipil Negara (ASN) yang saat ini sedang berlangsung menimbulkan berbagai fenomena yang memprihatinkan, misalnya saja banyak yang mengikuti seleksi gugur ditahap awal. Di kabupaten Konawe Utara misalnya hanya 3 orang yang memenuhi syarat untuk lanjut ke tes selanjutnya. Begitu pula untuk kabupaten lain yang sudah melaksanakan tes, hasilnya sangat miris.
Fenomena diatas merupakan salah satu potret yang menghiasi pemberitaan berbagai media, baik cetak, online, televisi. Kita tidak bisa menyalahkan pihak-pihak lain karena seleksinya transparan serta berbagai elemen sosial lainnya melakukan pemantauan.
Pemerintah menerapkan sistem online yang hasilnya langsung diketahui oleh masyarakat dan publik tentu bertujuan untuk melahirkan ASN-ASN yang berkualitas dan untuk mengikis percaloan dan jual beli kelulusan.
Sudah menjadi rahasia umum ditahun-tahun sebelum nya seleksi ASN atau Pegawai Negeri Sipil (ASN) menjadi pasar gelap antara calon PNS dengan para pengambil kebijakan. Diakui atau tidak selama
ini yang lulus menjadi PNS ada tiga kategori dan atau unsur Pertama. Keluarga pejabat lokal.
Dalam konteks ini biasanya keluarga gubernur, bupati/walikota mendominasi kelulusan. Jadi jangan berharap anda cerdas menjamin untuk lulus tanpa memiliki koneksi pada lingkaran elit politik. Kedua, mantan tim sukses pasca pilkada. Biasanya bila ada penerimaan ASN yang terjaring yakni mantan tim sukses.
Sebagai rasa terima kasih gubernur, walikota, bupati terhadap tim suksesnya, maka tim sukses maupun keluarganya, kerap mendapatkan “jatah” PNS. Fenomena ini hampir terjadi disemua kabupaten kota di Sulawesi Tenggara (minus DOB. Mubar, Buteng, Busel sebab tiga DOB ini baru kali ini melaksanakan seleksi CPNS.
Ketiga adalah pemilik modal. Selain dua hal diatas yang lulus CPNS, orang-orang yang berduit untuk melakukan “sogokan” agar lulus menjadi PNS. Biasanya Rp.100.000.000 sampai Rp.200.000.000 untuk bisa lulus.
Salah satu mantan kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) di kabupaten di Sultra pernah mengatakan sama penulis, sebelum penerimaan CPNS berubah menjadi sistem online, seleksi CPNS menjadi musim “panen”. Bayangkan saja misalnya untuk “mengorder” jurusan, sehingga formasinya dibutuhkan tanda jadinya dibandrol Rp.20.000.000 sebagai biaya mengurus di Jakarta.
Bila saat ini banyak yang berguguran karena tidak memenuhi pasing grade, berarti potret kualitas sarjana di Sulawesi tTenggara sangat memprihatinkan. Hal ini sepertinya harus menjadi bahan evaluasi perguruan tinggi agar kedepan harus lebih melahirkan sarjana sarjana yang berkompeten dan berkualitas dan siap “pakai”.
Mekanisme online melahirkan banyak “korban”. Bahkan saat seleksi CPNS yang sementara berlangsung di awal November ini, berbagai caci maki serta sumpah serapah dari peserta yang tidak lulus menjadi topik hangat akhir-akhir ini.
Bila faktanya tiap Kabupaten hanya lulus 2 orang tidak perlu lagi ada upaya lobi lobi kepusat agar aturan nya “lentur” karena mengakomodasi calon ASN yang tidak berkualitas hanya akan menjadi beban tidak produktif, dan membebani keuangan negara dan bisa jadi menjadi bibit koruptor baru.
Pemerintah daerah tidak akan bangkrut atau gulung tikar dengan ketidak lulusan calon ASN yang tidak berkualitas. Saatnya memanfaatkan abdi negara yang tersedia dengan meningkatkan kualitas kerjanya dan melakukan pemetaan ulang. Tidak ada satu faktapun yang terungkap bila hadirnya PNS baru akan menambah kualitas pelayanan kepada masyarakat jadi kita tidak perlu khawatir
Selain itu calon ASN yang gugur ada baiknya merubah orientasi, pekerjaan yang mulia bukan hanya menjadi ASN justru akan lebih mulia mereka membuka lapangan kerja.
Sistim online memang “kejam” karena tidak mengenal anda berasal dari keluarga siapa, berapa duit anda, karena bila anda tidak berkualitas maka siap siaplah untuk kecewa karena tidak lulus.
Negara memang sudah saat nya melahirkan birokrasi birokrasi yang cerdas dan handal sehingga dalam bekerja bisa melakukan berbagai inovasi serta kreatif dalam mengambil keputusan jadi bila anda mau menjadi ASN cuman satu solusi nya belajar yang giat karena yang bisa menolong anda hanya diri anda sendiri.
Penulis, Direktur Aman center & Rajiun center