KENDARI, LENTERASULTRA.COM- Pada September, deflasi kemabli terjadi di Sulawesi Tenggara (Sultra). Berdasarkan realis data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra, deflasi mencatat sebesar 0,54 persen. Dimana tingkat inflasi tahun kelender dari Januari hingga September mencapai 2,20 persen, deflasi juga terjadi pada bulan sebelumnya sebesar 1,29 persen.
Rupanya, penyebab dari terjadinya deflasi di bumi anoa ini, dikarenakan turunnya indeks harga pada kelompok bahan makanan sebesar 2,84 persen. Itulah yang menjadi biangkerok dari deflasi pada September 2018.
Kepala BPS Provinsi Sultra Moh. Edy Mahmud memaparkan, deflasi Kota Kendari bulan September, tercatat sebesar 0,54 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 128,03. Secara nasional dari 82 kota yang menghitung inflasi 66 kota tercatat deflasi dan 16 kota tercatat inflasi.
“Jadi deflasi tertinggi tercatat di Pare-pare Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) sebesar 1,59 persen dan deflasi terendah tercatat di Kota Tegal Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Singkawang ( Kalimantan Barat), Samarinda (Kalimantan Timur), dan Ternate (Maluku Utara) masing-masing sebesar 0,01 persen,” papar Moh. Edy di ruang aula BPS Prov. Sultra Senin, (01/10/2018).
Edy mengulaskan bahawa deflasi yang terjadi di Kota Kendari disebabkan oleh turunnya indeks harga pada kelompok bahan makanan sebesar 2,84 persen.
“Sementara kelompok yang tercatat memberikan inflasi yaitu kelompok kesehatan 1,93 persen, sandang 0,31 persen, transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,23 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,10 persen serta perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,06 persen. Sedangkan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga tidak mengalami perubahan atau stabil,” jelasnya.
Ia menyebutkan, komoditas yang memberikan sumbangan deflasi sendiri yaitu tomat sayur, kacang panjang, kembung/gembung, bayam, cabai rawit, tomat buah, rambe, teri, daging ayam ras, serta daun singkong. (Febry)