KENDARI, LENTERASULTRA.COM- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari Rahminingrum mengungkapkan, cakupan imunisasi MR di Kota Kendari sampai tanggal 24 September itu baru mencapai 34,25 persen dari target 95 persen. Kota Kendari berada di cakupan yang paling rendah di seluruh wilayah kabupaten/kota, hal ini tak lepas dari pengaruh beredarnya informasi bahwa vaksin imunisasi MR haram, banyak dari masyarakat yang menolak anaknya untuk diimunisasi.
“Kami menemukan titik terang artinya pihak-pihak yang tadinya tidak mendukung sekarang sudah ada komitmen untuk mensukseskan program imunisasi MR sampai tanggal 31 Oktober,” ungkap Ramhningrum.
Ia menuturkan, pihaknya akan proaktif menindak lanjuti, serta akan lebih berkomunikasi dengan pihak yayasan, sekolah, dimana sebelumnya tidak mau menerima imunisasi MR. “Sudah ada surat dari Menteri Kesehatan bahwa program kampanye imunisasi Mr ini diperpanjang sampai 31 Oktober, jadi masalah apapun yang berkaitan dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) itu menjadi tanggung jawab Komda KIPI,” jelasnya.
Seperti diketahui, imunisasi campak dan rubella adalah upaya untuk memutuskan transmisi penularan virus campak dan rubella untuk sasaran bayi 9 bulan sampai anak usia 15 tahun.
Sementara itu, United Nations Children’s Fund, (UNICEF) Henky Widjaja mengatakan, dengan sisa waktu satu bulan perpanjangan sampai 31 Oktober butuh kerja keras. Namun beberapa minggu terakhir ada kemajuan dari konsilidasi, stekholder dan beberapa OPD terkait dengan Dinkes, Dinsos, Kemenag dan Dinas Pendidikan.
Ia menjelaskan, UNICEF adalah sebuah organisasi PBB yang memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan kesejahteraan jangka panjang kepada anak-anak dan ibunya di negara-negara berkembang.
“Kota Kendari perlu dilakukan sosialisasi dari para ulama karena yang paling dekat dengan masyarakat adalah para ulama baik yang di tingkat desa atau kelurahan bahkan di RT RW ketika masyarakat sudah paham tentang fatwa dan bisa menjelaskan kami yakin bahwa capaian ini akan meningkat,” paparnya.
Ia menambahkan, cara strategi edukasi kepada seluruh masyarakat tentang teori dan manfaat dari vaksin itu sendiri. Kemudian menampilkan kisah-kisah dari orang tua atau penderita cacat terutama yang diakibatkan oleh rubella supaya masyarakat tau dan melihat sendiri bahwa risiko penyakit Rubella sangat fatal.
“Saya yakin setelah masyarakat tau tentang manfaat imunisasi MR ini, mereka akan menerima dan mau mensukseskan program imunisasi MR,” tutupnya. (Isma)