KENDARI, LENTERASULTRA.COM- Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari sepertinya harus berupaya lebih keras lagi dalam menyosialisasikan program nasional yaitu imunisasi Measles Rubella (MR). Pasalnya, setelah dilakukan pencanangan kampanye imunisasi Rubella pada Bulan Agustus lalu, Kota Kendari merupakan daerah yang paling sedikit capaiannya dalam program ini, dibandingkan 16 kabupaten/kota lainnya di Sultra.
Berdasarkan hasil evaluasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari, imunisasi Rubellah di kota lulo ini hanya mencapai 32 persen. Presentase itu jauh dari targetnya yaitu 95 persen. Olehnya itu, capaian ini menjadi catatan bagi Dinkes setempat selaku instasi yang bertugas.
Pj. Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Kendari Indra Muhammad, menjelaskan, dari hasil evaluasi yang dilakukan Dinkes maupun Unicef, Kota Kendari merupakan daerah yang paling minim pencapaian imunisasi MR nya dibanding daerah lain yang ada di Sultra. Dimana pencapaiannya baru kurang lebih 32 persen. Tentunya, ini bukan hanya tugas Dinas Kesehatan katanya. Namun menjadi tugas semua pihak agar bisa mencapai target yang harus dicapai minimal 95 persen atau melebihi 100 persen.
“Tugas ini insya allah sukses manakala kita satu pemahaman dan pikiran bagaimana cara kita berupaya agar pencapaian target imunisasi MR ini dapat berhasil. Sebab pada akhirnya tentu ini untuk kesehatan daripada anak-anak kita sebagai tunas bangsa,” ungkapnya.
Lanjutnya, setelah evaluasi tersebut, maka Pemkot Kendari akan mengambil langkah-langkah strategi kedepannya. Bagi perangkat-perangkat daerah yang ada di bawah seperti camat, kepala puskesmas, lurah agar terus mengkapanyekan imunisasi MR ini. Hal ini untuk mewujudkan komitmen Indonesia untuk mengeliminasi panyakit campak dan pengendalian penyakit rubella melalui dua tahap. Pertama pada Bulan Agustus dan September 2017 di Pulau Jawa cakupannya sudah mencapai 100 persen. Tahap kedua pada Bulan Agustus dan September 2018 di luar Pulau Jawa termasuk Kota Kendari.
“Menurut data yang terlapor pelayanan kesehatan Kota Kendari pada tahun 2017 terdapat 97 kasus campak suspek rubella. Dan berdasarkan informasi laboratorium yang positif campak ada 15 kasus. Ini menandakan daerah kita berpotensi akan terjadinya penyebaran campak dan rubella,” pungkas Indra. (Isma)