Sempat Memanas, Sengketa Lahan Labora Akhirnya Tuntas

SebagaI salah satu solusi penyelesaian sengketa lahan, tanaman jangka panjang warga Makue dicabut. (ery)

LENTERASULTRA.com-Tanah kerap menjadi sumber pertikaian. Lebih-lebih tanah leluhur yang berupaya dikuasai oleh kelompok tertentu. Penduduk lokal tentu tidak terima.

Seperti yang terjadi di Kecamatan Tongkuno. Warga asal Makue, menolak meninggalkan tanah ulayat warga Labora yang merupakan penduduk asli wilayah itu.

Selama tujuh bulan mediasi dilakukan. Warga Makue bersikukuh tak mau meninggalkan lahan yang telah mereka olah dengan berbagai macam tanaman itu.

Perdebatan terus saja terjadi, bahkan beberapa kali suasana sempat memanas, namun tak kunjung ada solusi. Beruntung Forum Pimpinan Kecamatan (Forpimka) berhasil memediasi kedua belah pihak. Merekapun bersepakat, lahan yang telah dikebuni warga Makue dikosongkan, sementara tanaman jangka panjang dicabut.

Sebenarnya, tidak harus menunggu sampai tujuh bulan seandainya, enam tokoh masyarakat Makue yang dinakhodai La Pandalili segera menyadari keberadaan mereka di atas lahan itu.

Kapolsek Tongkuno, Darul Aqsa juga turun tangan melakukan mediasi agar penyelesaian sengeketa lahan berjalan kondusif tanpa ada kekerasan.

Pengakuan Hairidin warga Makue, pihaknya sudah menghabiskan puluhan juta rupiah untuk membiayai pembukaan lahan yang sebelumnya telah ditinggalkan oleh penduduk asli karena program reseltmen pemerintah kala itu. “Kami merasa dizalimi. Kami datang disini karena dipanggil. Ada perjanjian,” katanya dihadapan sejumlah masyarakat.

Udin Kairo penduduk asli Labora tak terima, menurutnya perjanjian yang telah dilakukan, tak masuk akal.

“Bagaimana mungkin, dalam surat pernyataan silahkan berkebun dan diuruskan sertifikat. Perjanjian ini gila. Masa kamu percaya pada orang yang tidak punya hak disini,” akunya.

Setelah berunding, Camat Tongkuno, Ashar menyampaikan, keputusan terhadap masyarakat Makue, mereka masih diberi kesempatan mengambil hasil kebunnya.

“Yang diambil hasilnya, yang ada sekarang saja. Jangan menanam lagi. Umur jangung sekarang 21 hari. Kira kira satu bulan lagi panen. Untuk rumah, dalam kurun waktu itu, kosongkan. Barang-barangnya diambil dibawa di jalan. Nanti dari kami yang antarkan ke rumah. Jika, kalian tidak indahkan, maka kalian berurusan dengan aparat,” katanya tegas. (ery)