Srikandi BERANI “Geruduk” Polres Kolaka

Lebih dari 100 perempuan dari Srikandi Berani semalam mendatangi Mapolres Kolaka mempertanyakan pengusutan kasus penghinaan yang mereka alami dari pendukung Paslon lain

LENTERASULTRA.com-Lebih dari 100 orang perempuan mendadak mendatangi Mapolres Kolaka, jelang dini hari Jumat (23/3). Setelah diidentifikasi, ternyata mereka adalah kelompok perempuan pendukung pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka, Asmani Arif-Syahrul Beddu. Mereka menamakan diri sebagai Srikandi BERANI, yang datang mempertanyakan kesungguhan polisi memproses hukum dugaan penghinaan oknum tertentu yang diduga berasal dari pendukung calon lain.

Srikandi Berani protes, seorang bernama HD yang menghina mereka tak ditahan polisi padahal sudah sempat dibawa di Mapolres Kolaka, setelah beberapa jam sebelumnya dilaporkan. “Kenapa tidak ditahan, padahal jelas orang itu menghina dan melecehkan kami sebagai perempuan,” kata Inggit Rasid, pentolan Srikandi Berani saat ditemui di Mapolres Kolaka, Kamis (22/3) tengah malam.

Kisah penghinaan ini terjadi Kamis siang. Saat rombongan BERANI-sebutan untuk pasangan Asmani-Syahrul-pulang dari kampanye di Kecamatan Watuliandu, mereka melintas di depan posko induk pasangan lain. Ketika itulah, mendadak terdengan suara seseorang yang mereka kenali dari dalam posko itu. Pemilik suara itu menghina para perempuan pengikut Berani dengan kata-kata kotor.

Inggit mengaku, sebenarnya ada tawaran proses mediasi. Namun karena diajak disalah satu posko paslon lain. Maka mediasi itu tidak berjalan dengan baik. Malah ditolak mentah-mentah oleh kubu Srikandi Berani. Bukan hanya itu, pihak yang dilaporkan atas nama HD (inisial red) sudah datang di Polres Kolaka. Namun tak lama kemudian, pelaku tidak ditahan melainkan dibebaskan.

“Makanya kami datang ramai-ramai disini (Polres) pak. Karena pelaku sudah pulang di rumahnya. Kami kesini hanya minta keadilan. Kami yakin, siapapun dia tidak akan terima pak, kalau sudah diteriaki dengan kata-kata yang sangat kotor dan terhina ini,” tambah seorang ibu dengan muka marahnya.

Para ibu ini juga mengaku, tidak ingin mencari masaalah dengan pendukung Paslon lain. Namun karena sudah ada yang memulai, maka persoalan ini langsung diserahkan kepada pihak yang berwajib. “Kami ini ingin damai. Tidak ingin ada permusuhan pak. Kolaka ji ini. Ini milik kita semua. Bukan milik seseorang atau golongan,” teriak seorang perempuan dengan membanting jaketnya ditanah dan enggan menyebutkan namanya.

Kemarahan para Srikandi Berani mula reda setelah mendapatkan penjelasan dari tim advokasi Paslon Berani yang turun langsung, yakni Andi Asgaf. Ia mengatakan, tidak ditahannya HD oleh pihak yang berwajib, karena kuasa hukum terlapor, menunggu surat panggilan resmi dari polisi, meski saat itu sempat dipanggil untuk dimediasi.

“Aduanya teman-teman sudah diterima. Terkait tidak ditahan, itu karena pihak dari kuasa hukumnya terlapor tidak menginginkan kliennya kalau belum ada surat panggilan dari pihak kepolisian. Nah saya jelaskan teman-teman. Aduanya saat ini tetap akan berproses dan berlanjut dan tetap akan ditindak secara hukum. Saya akan koordinasi sampai sejauh mana proses hukumnya,” jelasnya.

Setelah mendapat penjelasan dari kuasa hukum “Berani” para perempuan ini langsung membubarkan diri secara damai. Laporan Srikandipun telah resmi diterima dengan terlapor atas nama HD. Merekapun berjanji akan kembali datang dengan masa yang lebih banyak, jika terlapor tidak diproses sesuai dengan aturan yang berlaku. (inga)

beraniSyahrul