Ketika laut surut, dan purnama telah paripurna, masyarakat Wapulaka di Buton Selatan segera menyerbu bibir pantai. Berburu ikan yang betah berenang di tepian dan air dangkal. Lelaki tangguh menangkap ikan lebih banyak. Jodoh bisa ia pilih
Hengki Tri Arianto
LENTERASULTRA.com-Berbekal tombak dan sebilah parang, La Ode Alirman menuju pantai Lagunci di Kampung Wapulaka, Desa Bahari, Sampolawa. Tak peduli pakaiannya yang basah sampai selutut, lelaki berusia 50 tahunan ini masuk ke laut, berbaur bersama ratusan warga yang Minggu (4/2), pagi itu sudah hadir sejak pagi masih perawan.
Setelah ada aba-aba, serentak seratusan orang pria dewasa termasuk beberapa remaja, sontak berburu. Dengan intuisi, dan keahlian yang otodidak, mereka berburu berbagai jenis ikan yang terjebak di perairan dangkal, karena tertinggal laut surut. Alirman ikut tapi nihil hasil.
“Kita sudah tua, dulu waktu muda bisa kita kejar-kejaran dengan ikan, sekarang, ikan sudah 10 langkah kita baru bergerak. Nafas juga sudah berat,” kata Alirman, lelaki yang ternyata menjadi tokoh adat Sampolawa. Meski gagal, tapi ia bangga melihat tradisi berburu ikan itu kini hidup kembali.
Tradisi itu bernama Pendokoa. Ia menjadi salah satu ajaran lokal warga Desa Bahari, di Sampolawa. Sudah cukup lama tradisi ini tak pernah dimunculkan kembali, dan baru tahun ini terinisiasi. Orang-orang suku Wapulaka, warga asli Desa Bahari yang kembali menghidupkannya, dan dikenalkan ke khalayak lewat sebuah festival Suku Wapulaka.
Anak-anak, pemuda, dan orang tua berlomba-lomba ke tepi laut melaksanakan tradisi yang hampir hilang ditelan massa ini. Laode Alirman bercerita, Pendokoa ini merupakan tradisi berburu ikan secara massal di air laut surut. Ia dianggap sebagai ajang silaturahmi antarwarga setempat.
“Ini memiliki nilai sosial yang begitu dalam. Ini mengajarkan kita nilai-nilai kebersamaan,” bebernya. Dijelaskan, tradisi tombak ikan ini dilaksanakan sejak dahulu kalah. Pendokoa tersebut dilakukan apabila ada acara pernikahan atau acara besar.
Memang ada sedikit pergeseran cara, karena sejatinya Pendokoa memang hanya menggunakan tombak dan parang, tanpa dibantu jaring yang melingkari area perburuan. Dahulu, warga menggunakan Kadhete, suatu alat yang depannya besar dan memanjang kebelakang, dengan dipasang didepan kaki sehingga ikan bisa masuk. Setelah mendapatkan ikan, kemudian disimpan di Dhompo (Keranjang Kecil yang diikat dipinggang).
Pria berkulit putih ini mengatakan tradisi menombak ikan di air surut ini pada awalnya dilakukan sendiri-sendiri, namun dengan perkembangan waktu, penangkapan ikan itu dengan dikerjakan secara berkelompok.
“Ini lambang kebersamaan. Pendokoa mempunyai aturan khusus yang ditetapkan tetua adat. setiap hasil yang didapatkan harus dibagi kepada masyarakat lainnya. Contohnya kita mendapatkan empat ekor ikan, kita harus setor kepada umum satu ekor untuk kepentingan bersama, apa bila tidak menyumbang, maka akan dikenakan denda,” jelasnya.
Katanya, Pendokoa ini dilaksanakan pada setiap 14 hingga 15 malam bulan, atau saat purnam.
Selain kebersamaan, ada keasyikan dan ada kegembiraan. Salah satu yang paling dtunggu anak-anak muda, karena selain bisa berburu ikan, mereka juga bisa melirik gadis-gadis yang datang menyaksikan tradisi itu.
“Jadi bukan hanya mengejar ikan, mereka juga mengejar jodoh. Pasti perempuan bangga dan suka kalau lihat ada anak muda pandai berburu, karena itu simbol kerja keras, dan bertanggungjawab. Syarat pasangan yang ideal,” tandasnya.
Bupati Buton Selatan, Agus Faisal Hidayat yang turut hadir dalam acara tersebut mengaku sangat mengapresiasi dan sangat bangga dengan digelarnya festival tersebut. “Kegiatan kearifan lokal yang menjadi khasana budaya masyakat, budaya lokal itu menggambarkan manusia dan alam memili satu keterkaitan yang harmonis,” jelasnya.
Lanjut dia, prosesi adat ini sebenarnya merupakan gambaran wajah ciri khas masyarakat Kabupaten buton selatan. Kebagaimana diketahui, kehidupan masyarakat busel sebagian besar menjadi nelayan. “Kehidupan laut adalah sumber nafas kehidupan masyarakat. Saya harap ini dapat dilestarikan dengan baik,” tutupnya.(***)