Paus, Raksasa Laut yang di Kabaena Justru “Lestari”

Fosil Paus Biru yang masih tertata rapi di depan Pelabuhan Sikeli, Kabaena. Paus ini dulu terdampar di Tanjung Pising, Kabaena dan tulangnya ditata ulang

Kehebohan soal paus yang terdampar di pesisir Pantai Tompobatu, Rumbia, Kabupaten Bombana berakhir. Bangkai raksasa laut itu dibakar, Sabtu (3/3) pagi dan jejaknya tertinggal dalam bentuk cerita saja. Kenangan soal Paus hanya dimiliki Kabaena
———

Paus Sperma yang ditemukan mati di perairan Tompobatu, awal pekan ini seperti menasbihkan bila perairan Bombana memang menjadi perlintasan raksasa laut itu, dari dan menuju Laut Lamalera, Flores. Perubahan iklim membuat hewan terbesar di laut itu memaksa mereka bermigrasi.

Dalam 15 tahun terakhir, telah ada dua bangkai paus terdampak di wilayah Bombana. Pertama tahun 2005 lalu, di Tanjung Pising, Kabaena dan tahun 2018 ini di pesisir Tompobatu, Rumbia. Bedanya, yang di Kabaena tak dimusnahkan, malah “dimuseumkan”.

Mereka yang belum pernah melihat seberapa raksasanya seekor paus, bisa ke Kabaena menyaksikan salah satu hewan langka ini. Bentuknya memang sudah dalam bentuk rangka, tapi tersusun rapi seperti struktur asli mamalia ini. Ia dibangunkan sebuah tempat, yang persis di depan pelabuhan Sikeli, Kabaena Barat.

Mamalia laut ini diyakini adalah Paus Biru. Panjang rangkanya dari mulut hingga ekor sekitar 20 meter, sedangkan tingginya sekitar 150 centimeter. Tidak hanya itu, panjang rangka mulut ikan ini sekitar dua meter dan lebar rangka mulutnya sekitar 2 meter. Rangka paus ini memang disusun memanjang, sesuai bentuk aslinya. Penyimpanannya, disiapkan lokasi khusus dan dibangunkan gedung semi permanen sekitar 20 meter dari bibir pelabuhan Sikeli.

Menurut Haji Sideking, salah satu tokoh masyarakat Sikeli, beberapa waktu lalu, rangka ikan paus raksasa itu sudah ada di Pelabuhan Sikeli sejak 2005 silam. Penempatan rangka ikan mamalia tersebut di bibir pelabuhan atas inisiatif Atikurahman, Bupati Bombana periode 2005-2010. Pertimbangannya saat itu, tulang belulang mamalia laut tersebut akan menjadi salah satu daya tarik bagi turis asing atau lokal yang akan berkunjung di Pulau Kabaena.

“Di Pulau Kabaena ini kerap dikunjungi warga asing. Mulai dari di Pulau Sagori, Tangkeno hingga kawasan pertambangan. Pertimbangan ini menjadi salah satu alasan sehingga beliau (Atikurahman) memajang rangka ikan paus itu, di pintu keluar masuk pulau Kabaena,” kata H Side, sapaan akrab Haji Sideking.

Tokoh masyarakat Sikeli ini bercerita, rangka ikan paus itu bukan palsu. Tapi itu merupakan rangka ikan paus asli yang terdampar di teluk pising, Kecamatan Kabaena Utara, 2005 silam. H Side tidak mengetahui pasti siapa yang menemukan ikan paus raksasa itu. Yang jelas, dia merupakan nelayan dari Teluk Pising.

Saat pertama kali ditemukan, penduduk pulau Pising dari itu, hendak melaut. Saat dia turun, dia terkejut melihat ikan raksasa dengan ukuran 20-an meter dan tinggi sekitar 3 meter terdampar di pinggir teluk. Temuan ini langsung membuat heboh warga pulau Kabaena.

Bahkan penemuan bangkai paus ini juga sampai di telinga salah satu warga Bone, Sulawesi Selatan. Oleh penduduk dari daerah tetangga ini pun tertarik membeli rangka ikan paus itu. Mendengar hal itu, warga di Kabaena kemudian memisahkan daging dan rangka ikan mamalia tersebut. Setelah itu, rangkanya dikirim ke Bone melalui kapal dari Kabaena dan dihargai dengan uang Rp 20 juta.

Penjualan rangka ikan paus yang terdampar di Teluk Sikeli ini sampai di telinga Atikurahman, yang kala itu belum lama dilantik menjadi Bupati Bombana. Begitu mendengar rangka mamalia laut itu sudah tiba di Bajoe dan dibeli salah satu warga Bone, Atikurahman memerintahkan Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mengambil kembali rangka tersebut.

“Kami yang diperintahkan saat itu, untuk mengurusnya supaya kembali ke Kabaena,” cerita Ahmad Maedy, PNS Bombana yang saat itu masih bertugas di DKP. Katanya, rangka paus itu sudah diangkut menggunakan kapal Citra Kabaena, menuju Bone.

Pihak DKP berusaha mengejar kapal tersebut tapi karena sudah berlayar jauh, maka diputuskan berkoordinasi dengan aparat di Bone. “Tidak sempat sampai ke Bajoe itu kapal, sudah pulang lagi ke Kabaena. Kalau soal apakah pembeliannhya ditebus kembali, kami kurang tahu,” kata pria yang akrab disapa Edy ini.

Setelah dijemput kembali di Bajoe, itu kemudian dikembalikan ke Sikeli. Mulai saat itu, rangka ikan paus ini disimpan disini (pelabuhan Sikeli) dan menjadi salah satu ikon warga Kabaena, dan dilabeli sebagai Raja Baena.(abdi mahatma)

Kabaenapaus