LENTERASULTRA.com-Sudah beberapa bulan ini, Wa Siti bersama keluarganya tidur beratap langit. Rumahnya di Langgaha Baru, Desa Wungka Kecamatan Wangi-wangi Selatan tak lagi beratap. Ia bongkar setelah ia kebagian program bantuan rumah dari Kementerian PU, bertajuk Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).
Bukan bantuannya yang tak ia syukuri. Tapi perencanaan pengelola yang ia sesali. Rumahnya sudah disuruh bongkar, materialnya tak kunjung tiba. Jadilah ia kena masalah dua kali. Tempat bernaungnya berantakan, bantuanya belum sampai. Yang parah, pengelolanya hanya bilang. “Itu urusan saya”.
Wa Siti tak sendiri. Ada 200 unit rumah di dua kecamatan di Wakatobi, yakni Wangi-wangi dan Wangi-wangi Selatan yang tahun 2017 lalu keciprat program ini. Bentuknya bukan uang tunai, tapi material bangunan yang jika dikonversi duit senilai Rp 15 juta.
Makin memiriskan hati karena program ini sejatinya sudah berjalan selama 8 bulan, dan tak kunjung kelar. Padahal jika dinalari, mustahil rumah berharga Rp 15 juta tak tuntas selama itu. Targetnya malah harus selesai akhir 2017.
Kondisi ini membuat warga penerima bantuan bertanya-tanya. Sementara rumah mereka yang terlanjur di bongkar, pekerjaannya belum berjalan. “Kita hentikan pekerjaan rumah. Bagaimana penyaluran material berhenti tanpa alasan,” keluh Wa Ode Mbei, warga dari Desa Liya Togo Kecamatan Wangi-wangi Selatan.
Warga Langgaha Baru, Desa Wungka Kecamatan Wangi-wangi Selatan La Yai, yang mengeluhkan lambatnya penyaluran material bangunan. Ia mengaku sudah lelah menunggu. Katanya, material yang tersalur baru sebagian kecil diantaranya, setengah kubik kayu balok, pasir, paku, 26 sak semen, 1.272 batu bata.
Sementara 20 lembar atap seng yang 10 kaki, 15 meter seng plat, 2 kubik batu gunung serta penambahan setengah kubik kayu balok belum ia terima. “Kira-kira baru sekitar 9 juta lebih bahan bangunan yang saya terima,” rincinya.
Salah satu pengawas lapangan BSPS, La Ota, mengaku dirinya mengetahui adanya keluhan para warga. Katanya, keluhan tersebut berkali-kali ia sampaikan kepada penyedia material, toko bangunan yang telah ditunjuk tetapi belum tersedia. “Itu tugas saya,” cetus La Ota.(gayus)