Tumbang Sebelum Masuk Gelanggang

Tiga pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Sultra, resmi mendaftar dan diterima KPU Sultra. Enam orang putra terbaik Sultra yang mengajukan diri jadi pemimpin itu adalah hasil “seleksi” 10 partai politik yang punya kursi di DPRD Sultra.

Enam orang itu mengubur impian beberapa tokoh yang pernah berniat maju di Pilgub. Sayang, mereka tak cukup kuat untuk bersaing mencari “pintu”. Mereka tumbang sebelum masuk gelanggang. Lenterasultra.com merangkumnya. Siapa saja?

1.Abdul Rahman Farisi

Tokoh muda ini cukup menarik perhatian. Atribut sosialisasinya ada di hampir seluruh wilayah Sultra, termasuk bilboard raksasa terpajang di sudut-sudut Kota Kendari. Logo PDIP, PKS dipajanganya. Sesekali ia menyebut Golkar. Bahkan, ketika satu persatu partai diambil orang, ia tetap bersemangat, dan mengatakan semua nanti akan terlihat di KPU. Faktanya, alih-alih melapor mendaftar, didukung satu partai pun tidak

2. La Ode Ida

Mantan anggota DPD RI yang kini jadi salah satu komisioner Ombudsman RI juga masuk salah satu bursa Cagub Sultra. atribut sosialisasinya juga tersebar. Daftar di Partai Demokrat dan ikut visi-misi. Namanya juga mencuat di Partai Gerindra dan Hanura. Sayang, tak ada satupu partai yang memberinya rekomendasi

Tokoh ini sudah kali ketiga berniat maju. Tahun 2008, 2013 dan kini 2018. Semuanya hanya berakhir di Baliho, tak pernah sampai ke KPU apalagi masuk sebagai calon. Padahal, potensi elektoralnya relatif bisa bersaing

3. Wa Ode Nurhayati

Perempuan asal Wakatobi ini terlihat lebih serius karena menjajal jalur perseorangan. KTP ia kumpulkan. Tapi ketika membawa dokumen dukungannya ke KPU, target 200 ribuan KTP meleset jauh. Ia pun ditolak. Sempat mewacanakan kembali lewat jalur parpol, ia akhirnya mengurungkan niatnya mendaftar ke KPU

4. Marsma Supomo

Purnawirawan TNI AU ini juga sempat meretas usaha maju di Pilgub. Lewat berbagai atribut sosialisasi, ia mengenalkan diri ke publik. Usahanya ditambah dengan mendaftarkan diri ke beberapa partai yang membuka pendaftaran. Sayang, nilai elektoralnya tak memadai. Versi Demokrat, ia hanya punya nilai 1,6 persen. Ia pun gagal mendapat dukungan parpol manapun

5. Masihu Kamaluddin

Akademisi Unilaki ini termasuk aktif mensosialisasikan diri. Atrbut ia sebar, termasuk mengomentari politik lokal di media. Partai Gerindra berkali-kali ia klaim sebagai pengusungnya dengan alasan dekat denga Prabowo Subianto, termasuk menyebut dirinya menjadi Ketua Gerindra Sultra. Tapi faktanya, semua orang tahu siapa yang jadi Ketua Gerindra dan siapa yang didukung Gerindra

6. Tina Nur Alam

Nama perempuan anggota DPR RI sempat mencuri perhatian publik ketika Agustus 2017 lalu ia mulai menyosialisasikan diri ke publik lewat berbagai atribut. Ia mengusung taglina “Lanjutkan”, mempersonifikasi dirinya akan melanjutkan kepemimpinan suaminya, Nur Alam. Meski namanya sempat diajukan oleh Partai Golkar ke DPP, tapi ia didukung. Namanya sempat disandingkan berpasangan dengan Rusman Emba termasuk Marsma Supomo.

7. La Suti Taka

Purnawirawan TNI AD kelahiran Muna, Sultra ini sempat menyebar atribut sosialisasi di berbagai wilayah Sultra, awal tahun 2017 lalu. Ia pun sudah menyiapkan posko pemenangan di daerah Anduonohu, Kendari. Tak sampai tiga bulan, keseriusanya tak terlihat. Ia tak pernah lagi muncul di bursa bacagub Sultra

8. Ridwan Bae

Ketua Golkar Sultra ini sempat sangat massif menyebar atribut pencalonannya. Hampir semua parpol yang membuka pendaftraan ia juga masuk mengajukan diri. Tapi akhir September 2017, ia membuat kejutan dengan secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari Bursa Cagub, karena melihat peluang yang tidak cukup kuat

9. Rusman Emba

Bupati Muna ini sempat mencuri perhatian publik Sultra saat ia mendadak mengajukan diri sebagai Cagub Sultra, meski belum setahun dilantik jadi bupati. Tagline Peradaban Baru jadi pembicaraan. Ia mendaftar di PDIP, Demokrat, dan partai-partai lain yang membuka pendaftaran. Meski mengikuti semua tahapannya, tapi pada akhirnya tak ada partai yang memberinya rekomendasi.(***)

CagubSultra