LENTERASULTRA.com-Agus Budi Sugeng masygul. Sendu, ia menatap puing-puing bangunan rumah makan yang ia dirikan tiga tahun lalu di depan kampus Universitas Halu Oleo (UHO), yang kini berubah jadi arang. Aroma asap masih tercium, sisa kebakaran Kamis (21/12) sore kemarin. Rumah Makan Sederhana, tempat lelaki berusia 54 tahun ini mencari nafkah kini tak tersisa.
Lelaki asal Banyuwangi, Jawa Timur ini sadar betul, ini adalah musibah yang suka atau tidak, harus ia terima. Harapannya, kebakaran yang ikut melalap tempat usahanya itu bisa terungkap, sekaligus menguak dugaan bahwa kebakaran itu terjadi karena disengaja. “Kalau memang sengaja ada yang bakar, tolong ditangkap,” kata Sugeng, kepada lenterasultra.com yang menemuinya di lokasi kejadian.
Sugeng pantas sedih. Bangunan itu belum lama ia rehab dan perluas. Untuk kepentingan mempercantik tempat usahanya, ia harus merogoh kocek sampai Rp 60 juta. Kini, usaha kerasnya mengumpul modal untuk merehab rumah makannya itu, langsung sirna dalam sekejap. Gara-gara api.
Ia mengaku, sebelumnya tidak memiliki firasat apapun akan tertimpa musibah. Jelang sore kemarin, rumah makan berukuran 4X12 meter itu sedang ramai pengunjung. Begitu ada yang melihat kebakaran, semuanya lari tungganglanggang.
“Ada yang masih makan, yang baru mau pesan, semua menyelamatkan diri. Soalnya angin kencang api cepat merambat,” katanya menceritakan peristiwa yang baru saja ia alami. Saat kejadian, lanjut Sugeng, ia cepat-cepat menyelamatkan diri dan keluarga termasuk 15 orang karyawannya.
Ayah tiga anak itu tak sempat lagi menyelamatkan banyak barang berharganya. Uang simpanannya di kamar yang belum sempat ia estimasi juga ikut terbakar. Hanya uang Rp 10 juta di laci kasir yang bisa ia amankan.
“Ya, ini musibah jadi ikhlas saja dan kita mulai usaha lagi. Dan saya pikir tidak terjadi apa-apa,” jawabnya dengan lapang. Seluruh perabotan dalam rumah makan tak ada satupun yang berhasil diselamatkan. Diantaranya, ada 4 kulkas, 2 televisi, 1 lemari jati, 3 springbed, kursi yang belum lama dibeli ikut ludes terbakar.
Tidak hanya itu, ia juga merelakan seluruh bahan baku makanan seperti beras, mie instan dan sayuran juga tak bisa diselamatkannya. Dengan refleks, dirinya hanya mengangkat speaker yang ada di meja kasir keluar.
“Kayanya ada yang sengaja bakar. Bukan rumah makan saya ini, tapi rumah cukur yang dibakar pertama. Akhirnya, deretannya juga ikut terbakar. Katanya ada kesengajaan ini. Itu yang saya dengar,” tutur Agus.
Pria asal Banyuwangi, Jawa Timur itu merintis usahanya sekitar tiga tahun yang lalu. Usahanya terus berkembang, kemudian ia merenovasi RM miliknya menjadi lebih luas. Omset per hari yang diperolehnya sekitar Rp 6 juta.(isma/jovi)