Belum Gajian, Staf Akper Muna Ogah Berkantor

Belasan mahasiswa Akper Muna berunjuk rasa di Dinas Kesehatan Muna memprotes tidak profesionalnya staf di Akper dalam bekerja. Sayangnya mahasiswa tak paham jika itu terjadi salah satunya karena kesejahteran yang tak terjamin. Gaji tak pernah terbayarkan

LENTERASULTRA.com-Wisuda terhadap 35 alumni Akademi Keperawatan (Akper) Muna yang digelar tiga hari lalu ternyata bukanlah garansi bila kondisi internal kampus itu sudah membaik. Ada saja masalah yang mencuat, yang seharusnya membuat Pemkab Muna turun tangan mengurusi kampus “bentukannya” itu.

Teranyar, Senin (27/11) puluhan mahasiswa Akper Muna dengan uniform kebesaran mereka, putih-putih menggelar aksi unjuk rasa terkait dugaan banyaknya masalah di kampus itu, terutama kerja-kerja birokasi yang amburadul dan terkesan tidak profesional.

Salah satunya terlihat jelas dengan banyaknya staf yang doyan telat berkantor karena punya kegiatan tambahan di luar kampus sehingga pelayanan akademik menjadi terganggu. Aksi unjuk rasa di dilakukan mulai dari seputaran Tugu Raha, lalu ke Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Muna dan berakhir di kampus Akademi Keperawatan (Akper) Muna.

Uniknya, Direktur Akper Muna La Ondo mengakui juga bahwa staf di kampus yang ia pimpin itu memang tidak berkinerja baik. “Saya minta mahasiswa untuk bersabar dengan kondisi birokrasi kampus yang buruk,” begitu kata La Ondo.

Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menghimbau kepada semua staf agar bekerja sesuai prosedur dan tetaplah profesional. Salah satu yang ia tekankan adalah masih adanya staf yang bekerja di rumah sakit.

“Ini kan masalah (kalau kerja di rumah sakit juga), jadi saya mohon staf untuk profesional. Di Akper yang di Akper, di rumah sakit ya di rumah sakit, tidak bisa dua-duanya, kasian mahasiswa kalau selalu begini,” katanya.

Meski demikian, ia bisa memahami kinerja stafnya yang belum bisa maksimal itu. Ia menduga, salah satu alasannya karena belum mendapatkan gaji. Ini karena biaya operasional kampus tidak di biayai oleh Pemerintah Daerah melainkan dari anggaran pribadi.

Situasi ini memang pelik. La Ondo hanya berharap agar mahasiswa Akper Muna tetap bersabar mengingat dengan kondisi birokrasi yang tidak steril sata ini. “Tolong mahasiswa tetap menjalankan aktivitas perkuliahan seperti biasa,” tukasnya.

Problem di Akper Muna ini memang menahun. Februari lalu, bahkan sempat ada persoalan serius terkait rebutan Akper dibawah kendali siapa yang benar. Ada pihak yang mengklaim “memiliki” Yayasan Akper Muna, sementara Pemda menganggap kampus para perawat tersebut dibawah kendali Pemda karena dibangun oleh Pemda.(mualim)

AkperMuna