LENTERASULTRA.com-Kendati sudah ditangani pihak kepolisian, aksi penganiayaan yang dilakukan seorang siswa SMA 1 Kendari-yang akhirnya dikeluarkan-terhadap gurunya, beberapa hari lalu, masih belum bisa dilupakan komunitas guru di Sultra.
Organisasi para pengajar di Sultra, Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGRI) Sultra, berencana menggelar aksi unjuk rasa damai Kamis (25/10) besok. Sebuah surat edaran, berisi ajakan turun jalan sudah disebar PGRI.
Sebuah surat yang diteken Abdul Halim Momo, Ketua PGRI Sultra, sudah dilayangkan ke kepala dinas pendidikan di Sultra. Isinya, meminta izin agar para guru dibolehkan turun ke jalan untuk menggelar aksi solidaritas atas perisiwa kekerasan yang menimpa Hayari, guru SMA 1 Kendari.
Saat ditemui, Ketua PGRI Sultra, Abdul Halim Momo mengungkapkan aksi tersebut hanyalah sebuah aksi damai untuk menunjukan persatuan guru-guru di Sultra, tentang tidak diterimanya ada guru yang diperlakukan tak sewajarnya.
Untuk aksi damai tersebut, lanjutnya ia berharap tiap-tiap kabupaten/kota yang ada di Sultra, khususnya Kota Kendari, Konawe dan Konawe Selatan bisa turut menghadiri aksi tersebut.
Menurut pengajar di UHO ini, guru semestinya tidak diperlakukan seperti yang terjadi di SMA 1 Kendari karena itu bentuk penghinaan terhadap negara. “Kita rencana unjuk rasa, dipusatkan di MTQ Square, baru kita ke DPRD Sultra serta ke kantor gubernur Sultra,” kata Halim.
Ketua PGRI Sultra ini juga mendesak dibuatnya regulasi keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor 10 tahun 2016 menjadi UU perlindungan guru.
“Kami meminta dengan tegas kepada DPRD Sultra untuk menggunakan kewenangannya dalam hal ini. Bagaimana tidak, keputusan mentri terkait perlindungan guru itu, menjadi tidak bermakna jika dihadapkan dengan UU perlindungan anak. Padahal guru adalah orang tua akademik,” ungkap Halim Momo dengan tegas.
Kejadian di SMAN 1 Kendari harusnya bisa dihindari, kata Halim Momo. Namun jika orang tua percaya dengan guru sebagai wali anak saat berada di sekolah. “Sangat disayangkan, apalagi terjadi di lingkungan sekolah dan dihadapan guru dan siswa. Padahal harusnya, diseluruh peradaban dunia guru tetap dimuliakan dan dihormati,” ucapnya.
Untuk itu, ulasnya, audiensi di DPRD Sultra meminta bantuan untuk memberi advokasi perlindungan guru. Kami juga bersama alumni SMANSA Kendari melakukan audiensi di Polres Kendari untuk menuntaskan kasus tersebut, dengan seadil-adilnya.
Menurut dosen Universitas Halu Oleo (UHO) itu, Hayari guru SMAN 1 Kendari yang dipukul, merupakan pendidik yang sudah behasil dan banyak melahirkan lulusan-lulusan yang sukses.
Kurang lebih hampir 40 tahun mengajar, sehingga anak-anak didikannya datang mendukung ketika mendengar kejadian tersebut. Salah satunya Kolonel Inf Andi Perdana Kahar Danrem 143 HO Kendari yang juga alumni SMAN 1 Kendari.(isma)