Dua hari lalu, Jumat (20/10), DPP PDIP sudah menggelar pleno penetapan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sultra, yang memutuskan mengusung pasangan Asrun-Hugua di Pilgub Sultra, 2018 mendatang.
“Ibu Ketua Umum (Megawati Soekarno Putri) yang pimpin pleno ini, bersama Sekjend, Hasto Kristiyanto” buka Hugua, Ketua PDIP Sultra saat ditemui di sebuah acara di Kendari, Minggu (22/10) sore tadi.
Terkait soal Surat Keputusan (SK) resmi, bagi mantan Bupati Wakatobi ini, masalah tersebut hanyalah sebuah mekanisme administrasi yang nantinya dalam waktu dekat juga akan dituangkan.
“Itu hanya masalah surat-menyurat saja. Yang penting pleno sudah digelar. Kalau SK tanpa proses bisa dianulir. Jadi setelah pleno baru kemudian administrasi berjalan,” ungkap Hugua.
Lebih lanjut ia mengatakan, dalam waktu dekat ini, dirinya dan Asrun akan memenuhi undangan DPP PDIP. Pertemuan itu akan membahas dan mendiskusikan soal komitmen dengan DPP.
“Insya Allah, hafi Selasa nanti saya dan Pa Asrun akan diterima di DPP PDIP. Pertemuan selanjutnya akan digelar di DPP PAN (partai tempat Asrun bernaung) dengan pembahasan hal yang sama,” beber mantan Bupati Wakatobi dua periode itu.
Kata Hugua, belum ada jadwal deklarasi. Menurutnya, hak yang paling penting adalah sudah resmi berpasangan dan sudah disampaikan kepada khalayak atau publik.
“Saya juga belum bisa menyebutkan partai koalisi yang akan masuk ke gerbong PAN-PDIP. Masih banyak partai yang saling mengklaim, jadi kami tunggu ada rekomendasi dan surat tugas baru bisa memastikan secara pasti,” bebernya.
Dia juga menjelaskan, alasan berpasangan dengan Asrun. Katanya, berdasarkan realistis yang ada. Dirinya dari kepulauan dan Asrun daratan sehingga akan menjadi suatu kekuatan yang besar.
“Makanya itu, setelah saya diperintahkan mencari partai koalisi, saya mulai membangun komunikasi dengan PAN. Menjadi 01 atau 02 tidak masalah, sekarang saya siap membantu dan mendampingi Asrun,” tambah Hugua.
Koalisi PAN-PDIP yang mengusung Asrun-Hugua menjadi poros kedua dalam konstalasi Pilgub Sultra, setelah beberapa hari lalu lahir pasangan Ali Mazi-Lukman Abunawas yang diusung Golkar dan Nasdem, serta PBB.
Peluang untuk lahirnya poros baru, masih mungkin terbuka, atau sebaliknya partai-partai lain bergabung di gerbong dua kekuatan ini. Setidaknya, masih bisa muncul satu atau malah dua pasangan lain yang ikut meramaikan Pilgub.
Partai Demokrat, PKS serta Gerindra yang punya masing-masing 6,5 dan 4 kursi di DPRD Sultra sampai sekarang belum secara resmi mengeluarkan nama kandidat yang bakal diusung di Pilgub. Begitu juga dengan Hanura, PPP dan PKB yang masing-masing punya 3,2 dan 1 kursi di DPRD Sultra.
Sedangkan kandidat yang selama ini terwacana ingin maju Pilgub, tapi belum jelas afiliasi partainya adalah Rusda Mahmud, Rusman Emba dan La Ode Ida. Peluang ketiganya untuk punya tiket ke gelanggang Pilgub juga tak tertutup karena segala kemungkinan bisa terjadi.
Apakah kemudian Pilgub Sultra hanya akan melahirkan dua calon, tiga calon atau bahkan empat calon, masih cukup waktu untuk menanti kejutan-kejutannya. KPU baru akan membuka pendaftaran calon, akhir Januari 2018 nanti.(isma)
Editor : Abdi Mahatma
Hugua. (Isma)