Produksi Jagung Menurun, ADP Siap Bantu Petani

FOTO : WD ISMAWATI/LENTERASULTRA.com
Wali Kota Kendari, Adriatma Dwi Putra dan istri serta Wawali Kendari, Sulkarnain dalam acara anen raya jagung di Keluruhana Lalodati Kecamatan Puuwatu pada 12 Oktober lalu

LENTERASULTRA.com- Program Pemkot Kendari menggalakkan Sikkato (Sinonggi, Kasuami, Kambose dan Kabuto) yang merupakan pangan lokal sebagai menu kuliner andalan sepertinya mulai mendapat tantangan. Produksi jagung yang merupakan bahan baku pengolahan kambose saat ini menurun.

Salah seorang petani jagung, di Kelurahan Lalodati Kecamatan Puuwatu, Saifuddin mengakui hal.itu. Ia mengatakan, hasil produksi kali ini dibawah rata-rata. Seharusnya, satu hektar tanaman jagung menghasilkan 8-10 ton, namun saat ini hanya mampu berproduksi 5-6 ton per hektar.

“Ini sebenarnya tidak memuaskan karena agak jauh dari harapan. Kami juga tidak bisa berbuat banyak. Dengan segala keterbatasan, kami berusaha agar bisa panen banyak,” kata pria paruh baya itu.

Dia mengeluhkan beberapa hal dan meminta bantuan pemerintah Kota Kendari. Sebab mulai dari pengolahan tanah sampai dengan produksi masih menggunakan cara-cara manual. Itulah salah satu alasannya hasil panen yang anjlok.

“Kami keterbatasan alat. Misalnya, traktor, alat perontok jagung dan handsprayer atau alat semprot. Rata-rata tanah yang diolah disini sangat keras sehingga butuh waktu lama untuk.diolah dengan cara manual,” keluhnya.

Belum lagi sambung dia, PH tanah sangat tinggi sehingga butuh pupuk. “Selama ini, kami gunakan kapur dolomi, dimana satu hektar itu memakai dua ton kapur. Kami juga harus memasukan tower air karna lahan jauh dari perumahan. Inilah yang saya sampaikan sama pa walikota tadi (Adriatma Dwi Putra),” ucapnya.

Saat ditemui ditempat yang sama, dalam agenda panen raya jagung di Keluruhana Lalodati Kecamatan Puuwatu pada 12 Oktober, Kepala Dinas Pertanian Kota Kendari, Sitti Ganef menjelaskan, tahun ini target awal Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari berkisar 900 Ha, namun yang terealisasi baru 107 Ha. Dia juga membenarkan bahwa produksi petani jagung di metro ini, masih dibawa rata-rata. Dimana dalam satu hektar lahan pertanian jagung, petani hanya menghasilkan 6 ton.

“Capaian tersebut harus terus ditingkatkan. Sebab, para petani harus memproduksi jagung dalam satu hektare 8-10 hektare,” kata Ganef, dalam sambutan kegiatan panen raya di Kelurahan Lalodati, Kecamatan Puwatu, Kamis 12/10/17.

Menurutnya, produksi para petani tersebut disebabkan masih minimnya peralatan seperti traktor. Namun, baru–baru ini Kementrian Pertanian sudah menurunkan bantuan berupa tiga unit traktor roda empat.

“Tidak hanya itu, nantinya perluasan tanaman pertanian lainnya 135 hektar ada di Keluraham Lalodati Kecamatan Puwatu. Diharapkan dengan perluasan lahan tersebut produksi petani jagung terus mengalami peningkatan,” pungkas Ganef.

Sementara itu, Wali Kota Kendari, Adriatma Dwi Putra, mengapresiasi hasil panen dari seluruh petani di Kota Kendari. Menurutnya, dengan segala keterbatasan alat masih bisa menghasilkan sampai 6 ton per hektar.

“Nah semua kelurahan dan permintaan para petani hari ini, kami akan akomodir untuk dicarikan solusinya. Kami akan berupaya agar para petani bisa menghasilkan panen yang memuaskan. Makanya itu harus diberi fasilitas yang memadai,” kata pria yang kerap disapa ADP itu.

Dia meminta kelompok tani membuat proposal atas nama kelompok taninya, selanjutnya diusulkan kepada instansi terkait, dalam hal ini Dinas Pertanian Kota Kendari. Kebutuhan para petani akan direalisasikan dalam perubahan anggaran tahun 2018

“Sumur bor para kelompok tani bisa mengusulkan melalui RT/RW, sehingga kita bisa bahas dalam musyawarah rencana pembangunan (Musrembang) nantinya,” ucap mantan anggota DPRD Sultra itu.

Untuk diketahui, dalam panen raya di Kelurahan Lalodati Kecamatan Puuwatu dihari oleh Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kendari, ADP-Sul, Sekretaris kota (sekot), Alamsyah, Ketua Penggerak PKK Kendari, dr. Siska, Kepala Dinas Pertanian, Sitti Ganef serta sejumlah pejabat pemkot lainnya. Luas lahan yang siap dipanen sekitar 5 hektar. (Isma)

Editor : Sarfiayanti

ADPJagung