“Kalau saya masyarakat biasa, tidak mungkin suara saya didengar. Tapi ketika menjabat sebagai anggota DPRD, saya bisa berbuat banyak untuk masyarakat”
Aflan Sufladli, Anggota DPRD Bombana
Pulau Kabaena tak pernah kehabisan kader-kader potensial dan berkualitas di panggung politik, paling tidak untuk level lokal Bombana.
Lima kursi dari Dapil Kabaena yang diperebutkan saat Pemilu 2014 oleh para calon penghuni DPRD Bombana ternyata menjadi ajang seleksi alam yang super ketat.
Hanya mereka yang punya kompetensi, nilai jual tinggi di mata masyarakat, serta punya strategi tepat, yang bisa lolos dari persaingan.
Salah satu yang lulus dari ujian elektoral itu adalah Aflan Zulfadli. Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menunjukan kebintangan sebagai seorang new comer di panggung politik.
Dengan latar belakang sebagai pengusaha dan akademisi, Pemilu 2014 adalah catatan pertamanya mengadu untung, berebut hati dan suara rakyat.
“Walau saya baru, rakyat Kabaena percaya saya bisa memegang amanah mereka di parlemen,” kata Aflan Zulfadli, mengenang perjuangannya merebut hati rakyat di Kabaena.
Lolosnya Aflan memang terbilang luar biasa. Saat para caleg incumbent hanya finish di angka dibawah 1000 suara, lalu terpilih berdasarkan kumulasi suara semua Caleg, tidak demikian dengan Aflan.
Ia seolah berjuang sendiri di internal PKS. Empat temannya, sesama Caleg tak berdaya dan hanya mengumpulkan total 300-an suara tambahan. “Syukurlah suara saya cukup besar, ada 1023 yang memilih saya,” katanya, tentang perjuangan saat Pemilu.
Dengan total raihan suara PKS mencapai 1300-an suara, partai pimpinan Khotibul Umam ini sukses mengamankan satu kursi, dan itu adalah milik Aflan, jebolan ilmu geologi Universitas Gajah Mada (UGM).
Hebatnya lagi, Aflan bisa menjaga muruah partainya karena menjadi satu-satunya kader yang melenggang ke parlemen. Sementara di Dapil lain, kader PKS kalah bersaing.
Aflan memang pantas lolos. Ia luwes dalam bergaul, santun saat bertutur, dan setiap perkataan yang diucapkan lisannya mengandung pencerahan serta menunjukan kualitas kemanusiaan dan intelektualitasnya.
Ditunjang dengan latar belakang sebagai seorang pengusaha sebelum terjun ke politik, membuat langkahnya makin ringan. Semua variable keterpilihan ada padanya. “Tapi tetap saja, raihan suara saya itu masih meleset dari hitungan awal kami yang harusnya bisa sampai 2000-an,” tandasnya.
Lalu kenapa Aflan hijrah dari seorang pengusaha ke panggung politik? Bukankah jadi pengusaha itu lebih makmur?
“Kalau saya masyarakat biasa, tidak mungkin suara saya didengar saat minta perbaikan jalan dan infrastruktur. Tapi ketika menjabat sebagai anggota DPRD, saya bisa berbuat banyak untuk masyarakat. Makanya cinta ini saya hijrahkan,” kata mantan Wakil Ketua komisi II DPRD Bombana soal alasannya banting haluan perjuangan.
Bagi mantan direktur utama salah satu perusahaan tambang nikel di Kabaena ini, karir politik bukan sebuah harapan untuk mencari sesuatu, melainkan agar dapat memberikan sesuatu kepada masyarakat, khususnya konstituen yang sudah memilih dan tentu saja lingkungan sekitarnya.
Menurut suami Mawaddah Ulhasanah ini, apabila tidak terjun di dunia politik dan menjadi anggota DPRD, dia bukanlah apa-apa.
Aflan mengungkapkan, keputusannya menempuh hidup di jalur politik juga merupakan panggilan hati nurani untuk berkiprah dan berhikmat buat rakyat Bombana.
Sebab jika terus berkecimpung di perusahaan, kontribusi yang diberikan kepada masyarakat sangat terbatas karena tidak seluas dan sebesar ketika menjadi anggota DPRD.
Menurut pria kelahiran Teomokole, 24 April 1976, di DPRD dia masih memilih kewenangan lebih besar, karena partner kerjanya adalah eksekutif dan bisa mengawal kebijakan eksekutif terkait kepentingan pelayanan publik. Peran inilah yang sudah ia jalani selama tiga tahun terakhir, yang meski belum sesuai harapannya, tapi sudah menunjukan track yang benar.
Aflan merintis karir politik sejak tahun 2007 dan mengawali niat untuk merebut kursi dewan dijalani Aflan secara bertahap. Seperti ketika masuk dalam keanggotan PKS, posisi demi posisi di organisasi diemban secara baik tanpa rasa patah semangat mengikuti mekanisme. Dari kader biasa sampai akhirnya diamanahkan sebagai Ketua DPD PKS Bombana periode 2015-2020. Semuanya dijalani Aflan dengan istiqamah.
Mantan Direktur Utama PT. Trias Jaya Agung ini mengaku, pilihannya bergabung dengan PKS, selain karena partai dakwah yang orientansi utama sebagai kontributor peradaban dan pelopor pelayanan masyarakat, juga karena PKS memiliki tata kelola yang baik dan ingin mewujudkan cita-cita bersih peduli, dan profesional diantara para kadernya.
Di PKS politik hanya sebuah sarana bukan bukan tujuan. Maksudnya, partai dakwah mengubah sesuatu harus jadi penguasa bagaimana menjadi penguasa kalau tidak melalui jalur politik.
Aflan pun memutuskan maju sebagai calon anggota DPRD Bombana 2014-2019. Keputusan ini pun bersambut, karena 1023 warga di Pulau Kabaena memberikan suara kepadanya untuk menjadi anggota DPRD selama 5 tahun kedepan.
Kurang lebih tiga tahun duduk di DPRD, Aflan mengakui sudah lumayan banyak kontribusi ia berikan, meski tentu belum bisa memenuhi harapan banyak orang.
Penyuka ilmu kimia ini menyebut, beberapa usulannya yang sudah bisa terwujud. Misalnya, pembangunan tanggul penahan tebing di jalur jalan poros Teomokole-Rahadopi, Kecamatan Kabaena, yang memang rawan longsor.
”Pengadaan air bersih dan pipanisasi di Teomokole dan pemasangan tanggul penahan tebing di sungai Lakambula, kini sudah terwujud,” kata Aflan, mengingat kontribusi nyata yang ia berikan bagi Kabaena.
Tapi ia masih merasa belum puas. Keinginannya agar jalan poros Dongkala di Kabaena Timur ke Pongalaero di Kabaena Selatan, meski sudah lebih baik tapi aspalnya belum berkualitas. “Harusnya ditingkatkan,”
Sebagai anggota DPRD, Aflan prihatin dengan standar pelayanan kebutuhan dasar masyarakat Bombana, khususnya di Kabaena. Misalnya, pelayanan transportasi laut yang masih belum maksimal.
“Tata kelola daerah-daerah wisata juga saya lihat tidak profesional. Harusnya dipihak ketigakan, agar bisa lebih baik,” kata Aflan.
Pemerintah Kabupaten Bombana di mata Aflan masih belum menerapkan semangat pemerataan. Ada ketimpangan dalam pembagian porsi pembangunan khususnya di Pulau Kabaena, terutama pembangunan infrastruktur dasar berupa jalan, sektor energi dalam hal ini ketersedian daya PLN yg masih sangat defisit
“Alokasi anggaran dari APBD untuk infrastruk fisik di Pulau Kabaena hanya sekitar 5 persen dari total APBD Bombana, yang hampir Rp 1 Triliun,” sesalnya. Ia merasa masih punya banyak tugas di parlemen, termasuk mendorong adanya pemerataan pembangunan.
“Di Rumbia dan Poleang, aspal yang dipakai memuluskan infrastruktur jalan memakai hotmix. Sementara Kabaena hanya disuplai aspal lapen terus menerus dimana kualitasnya hanya bertahan satu dua bulan. Setelah itu rusak dan hancur. Ini adalah tugas saya, memastikan anggaran pengaspalan jalan masuk Kabaena, dengan kualitas pekerjaan yang sempurna,” pungkasnya.(***)
Profil Sang Legislator
Nama : Aflan Zulfadli, ST.M.Eng
TTL : Teomokole, 24 April 1976
Alamat : Jl Boulevard no 20 Palm Mas Residence Kel. Wundudopi, Kec Baruga Kota Kendari
Status : Kawin
Nama Istri : Mawaddah Ulhasanah
Riwayat Pendidikan :
SDN Nganganaumala 1, Baubau 1986
SMPN 2 Baubau 1989
SMAN Negeri 1 Bau-Bau 1991-1994
– D-3. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Makassar (Poltek Unhas), Makassar 1995-1998
– S.1 Jurusan Tehnik Kimia Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur 2003-2005
– S.2 Jurusan Tekni Geologi, Minat Studi Geologi Pertambangan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2009-2011
Organisasi
Ketua 1 Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia Politeknik Negeri Makassar (Poltek Unhas) 1996-1997
Dewan Pengurus Organisasi Kegiatan Mahasiswa Teknik Kimia Indonesia (BKMTK 1 Wilayah V) 1997-1999
Anggota Persatuan Menembak Sasaran dan Target Indonesia (Perbakin Unhas) 1997-1999
Anggota Masyarakat Ekonomi Geologi Indonesia (2009-Sekarang
Pengalaman Kerja
Supervisor di PT Tulus Tritunggal, Surabaya 2004
Kepala Cabang PT. Korindo Bintang Jaya, Balikpapan 2007-2008
Direktur Utama PT Trias Jaya Agung 2007-2013
Editor : M Rioddha