Antara NIKAH SIRI dan NIKAH SIRIK

Belum kelar kesibukan warganet membahas kontroversi pemutaran film PKI yang sarat adegan berdarah-darah, tiba-tiba bau anyir darah kembali menyeruak dari sebuah website.

Tersebutlah nikahsirri.com, situs bergambar latar darah dengan tulisan VIRGINS WANTED, “masterpiece” dari Aris wahyudi, pria asal Banyumas yang tiba-tiba saja menggusur dominasi PKI dari timeline media sosial.

Siapa gerangan Aris Wahyudi?

Aris Wahyudi dan PKI sebenarnya ada kemiripan, setidaknya sama-sama gagal dalam politik. Aris pernah menjadi calon Bupati Banyumas saat gelaran Pilkada 2008 silam.

Soal kebengisan juga tak jauh beda. Manusia macam apa kira-kira yang sampai hati merendahkan martabat manusia, menyentuh spot paling sensitif yang dijunjung sedemikian rupa dengan menjadikannya komoditi?

Sebajingan-bajingannya penjahat kelamin, rasanya masih langka yang alur berpikirnya seperti Aris dalam rangka menghina kehormatan wanita. Timbul keraguan apakah orang ini lahir dari rahim perempuan, ataukah dari hasil donlotan.

Nikah siri sebenarnya sudah ada di Indonesia sejak dulu kala, suatu hal yang lumrah di kalangan artis dan politikus, walaupun rata-rata dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, mengingat norma ketimuran kita masih menjadikan pelakunya sungkan dan rikuh untuk publikasi.

Yang menjadi soal, baru kali ini ada yang dengan gamblangnya mengangkat ke permukaan. Sekadar mengangkat mungkin tak mengapa, tapi ia melirik sebagai peluang bisnis, membuat aturan kontrak dengan tenggat waktu, serta mengambil jatah preman 20 persen dari tiap transaksi. Yang gilanya dia bawa-bawa agama pula. Religious prostitution? Mana ada!

Pengentasan kemiskinan melalui strategi nikah dan lelang perawan? Allahu Akbar.. Sudah buntukah kreatifitas putra bangsa?

Sungguh sebuah ironi, ketika mobil Esemka dan listrik pohon kedondong dirancang oleh anak-anak yang belum lulus SMA, proyek selangkangan ini malah dibuat oleh alumni Essex University, tempat kuliah bergengsi.

Soal lelang perawan ini sebenarnya masih lumrah, andaikata kita adalah suku Kalaidzhi, sebuah suku di Bulgaria yang melestarikan tradisi ini.

Ya, serius.. lelang perawan ini masih lestari di Bulgaria dari dulu hingga hari ini, malah difasilitasi dengan menyediakan pasar sebagai bursa pelelangan anak perawan, dan diselenggarakan setahun empat kali.

Sekadar diketahui, suku Kalaidzhi di Bulgaria diperkirakan jumlahnya sekitar 18 ribu jiwa di seluruh Eropa timur. Mereka kukuh memegang tradisi, kendati zaman sudah jauh berubah.

Jika tiba hari perayaan Pasar Perawan itu, ibu-ibu berbondong-bondong membawa anak gadisnya untuk dilelang. Mereka didandani secantik mungkin, agar penawar membelinya dengan harga mahal.

Gadis-gadis turut menyambutnya gembira. Pemuda-pemuda apalagi. Selain karena mereka akan transaksi uang yang banyak, ini juga dianggap sebagai kekayaan budaya.

Nah, jika Aris dan ratusan member hidung belang nikahsirri.com itu mau, mestinya mereka mencoba alternatif ini, tes peruntungan di Bulgaria, jangan bawa penyakit di Indonesia.

Yohana Yembise Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) sudah mengecam. Komnas Perempuan menganggap bagian dari Trafficking. Jadi tak perlu ada lagi kasus serupa.

Lagian, mau nikah saja kok harus repot-repot menyerempet bahaya? Padahal buku nikah yang legal tidak seperti blangko e-KTP yang selalu saja habis jika dibutuhkan.

Ia ready stock. Mau berapapun ada. Mau satu, dua, tiga atau empat kali juga sah-sah saja, tergantung kebesaran hati istri pertama, dan kebesaran hatimu menghadapi resiko bullying di mana-mana.

Intinya nikah siri di negeri ini tak pernah ada masalah, sebelum akhirnya datang Aris membawa konsep nikahsirri-nya.

Nikah siri di negeri ini tak masalah, yang masalah adalah nikah sirik. Apa itu nikah sirik? Nikah sirik adalah ketika Raisa dan Hamish Daud yang nikah, kamu yang sirik.(***)