“Kambing-kambing itu adalah teman saya menjalani hidup yang sepi”
LENTERASULTRA.com-Tak mudah menjalani hidup seperti sosok lelaki bernama Datam. Di usianya yang kian senja, alih-alih berkumpul bersama keluarga. Telah 15 tahun terakhir ia malah tinggal seatap dengan kawanan kambing. Rumah tak ada, istri tiada, anak tak punya.
Untung, kisah ini bukan ada di Sultra. Datam, lelaki berusia 72 tahun itu nun jauh di Desa Geger Guci, Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Ia hidup menyendiri di sebuh gubuk berukuran 6X3 meter. Di ruang depan kamarnya, ada kandang kambing miliknya dan milik tetanggnya.
Datam sejatinya punya kerabat di desa lain. Tapi sejak istrinya meninggal, dia memilih tinggal di lahan milik orang lain dan satu atap dengan kambing. Ukurannya lebih panjang dari tempat tidur yang dipisah oleh sekatan bambu.
Tentu saja, bau pesing dan kotoran hewan berkaki empat itu jadi menu harian hidung Datam. Namun, kakek ini tidak merasa terganggu dan risih akan tempat tinggalnya saat ini. “Kambing-kambing itu teman saya menjalani kehidupan sepi ini,” kata Datam.
Demi menyambung hidup, ia merawat dan menjaga kambing yang berjumlah delapan ekor tersebut, empat diantaranya punya tetangganya.
Getir hidup Datam bertambah karena penglihatannya sudah tak normal. mata kirinya terganggu. Tapi itu sama sekali tidak menyurutkan niatannya untuk mencari pakan ternak di persawahan yang jaraknya cukup jauh dari “rumahnya”. Ia juga masih cukup kuat memikul pakan ternak sekarung.
Pria kelahiran 1945 tersebut mengaku, ingin menghabiskan sisa hidupnya di tempat tinggal yang ia tinggali saat ini. Menurutnya, tidak ada kata jorok atau kotor meski satu atap dengan kambing. Yang terpenting, katanya, saat ini diberi kesehatan, sehingga bisa beraktivitas.
Tamisah (46) tetangga Dastam mengaku kasihan melihat kondisi tersebut. Dia pun akhirnya memberi bantuan aliran listrik dari rumahnya ke kandang Dastam. Listrik tersebut untuk sekedar menyalakan lampu. “Saya kasih aliran listrik dan lampu neon 5 watt, lumayan jadi kalau malam tidak gelap” jelas Tamisah.
Dengan penghasilan yang tidak menentu karena hanya menjual kambing setahun sekali saat Idul Adha, warga sekitar berharap adanya perhatian dari pemerintah untuk memberikan tempat yang layak bagi Datam, sehingga bisa menikmati masa tuanya.
Sementara itu, Kepala Desa Geger Kunci, Sulyono menjelaskan sekitar 20 tahun yang lalu Dastam pernah memiliki rumah. Tapi dijual untuk biaya pengobatan istrinya yang saat itu sakit-sakitan hingga meninggal dunia. Dia lalu menikah lagi dan tinggal di rumah keluarga istrinya. Namun Datam akhirnya cerai dan tinggal di kandang kambing hingga sekarang.
Lelaki tua ini juga tidak memiliki seorang anak. Hubungan sanak keluarga juga sudah putus, sehingga ia hidup sebatangkara di masa tuanya. Kades menambahkan, banyak warga yang iba dengan kondisi Datam. Namun mereka hanya bisa memberikan bantuan seadanya seperti makanan dan jamu jika mengeluh sedang tidak enak badan.
“Katanya sudah ada dermawan yang akan membangun rumah untuk Datam menggunakan dana CSR, namun kapan kepastiannya belum bisa ditentukan. Yang jelas sudah ada kordinasi,” ungkapnya.(ded/net)