LENTERASULTRA.com- Forum Komunikasi Sekolah Rujukan Sulawesi Tenggara (FKSR) menggelar Festival Sekolah Rujukan. Iven itu diikuti 17 sekolah rujukan yang ada di Sultra.Masing-masing sekolah menunjukkan kemampuan dengan menampilkan berbagai karya dan budaya lokal untuk mendorong peningkatkan mutu pendidikan.
Sekretaris Kota Kendari, Dr. Alamsyah Lotunani mengapresiasi iven yang bertajuk budaya lokal guna melestarikan kearifan lokal tersebut. Menurutnya, kegiatan itu sangat positif untuk mencapai kemajuan pendidikan di Sultra.
Menurut Alamsyah, 17 sekokah yang tergabung dalam FKSR itu patut diberikan apresiasi setinggi-tingginya. Inisiatif untuk menyelenggarakan kegiatan positif dapat menjadikan sebuah terobosan untuk perbaikan pendidikan di bumi anoa ini.
“Iven positif seperti ini yang kita harapakan untuk kemajuan pendidikan. Saya inginnya jangan hanya sekali setahun kalau bisa dua kali. Tahun ini, Kota Kendari sebagai tuan rumah, kedepannya kabupaten lain lagi,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, festival sekolah rujukan merupakan pesta edukasi. Didalamnya menampilkan berbagai karya dan budaya lokal untuk mendorong peningkatkan mutu pendidikan. “Itulah tujuan daripada sekolah rujukan. Dengan ini, diharapkan dapat memperbaiki mutu SDM kita,” harapnya.
Selain itu, Alamsyah menambahkan, dalam sekolah rujukan kita bisa mengembangkan 4C (creative, critic, communicative and colaboratif). Sasarannya, tidak hanya mengembangkan ilmu pengetahuan tetapi juga mengembangkan kearifan lokal. Dengan demikian maka budaya Sultra tak akan terkikis oleh perkembangan zaman. Begitupun generasi kita akan tumbuh cinta budaya serta memahami nilai-nilainya.
“Saya sangat bergembira dengan sekolah rujukan yang berarti sebagai model atau contoh bagi sekolah lainnya. Apalagi kegiatannya bisa mengantisipasi hal-hal yang terkait dengan menurunnya nilai-nilai nasionalisme. Ditambah dengan pengembangan kecerdasan spritual,” kata Alamsyah.
Belum lagi, kayanya melalui kegiatan atau pesta edukasi dapat menumbuhkan kesadaran akan keragaman sehingga tidak ada konflik. Misalnya, di Kota Kendari penduduknya kurang lebih 400 ribu terdiri dari berbagai macam etnis yaitu kurang lebih 30 etnis.
“Makanya kebijakan dalam pengembangan nilai budaya menjadi prioroitas. Manfaat lainnya ajang silaturahim antar kepala sekokah, guru dan peserta didik,”tandasnya.
Ketua FKSR Sultra, Mahdin menuturkan,Sultra menjadi provinsi pertama yang menyelenggarakan iven tersebut. Olehnya itu, diminta untuk menjadi pelopor bagi FKSR provinsi lainnya. Kali ini, SMPN 1 Kendari sebagai tuan rumah selama kegiatan, sejak 15-17 September 2017. Ada beberapa rangkaian kegiatan diantaranya, jalan santai dengan kostum daerah masing-masing, pameran karya guru dan siswa, penampilan budaya dan Forum Grup Discussion (FGD)
“Kemendikbud membentuk forum ini dalam rangka membantu percepatan peningkatan kualitas pendidikan. In sha Allah menjadi rujukan bagi daerah lainnya dan akan dijadikan sebagai iven tahunan,” tuturnya.
Kepala SMPN 1 Kendari itu, menambahkan, dalam festival sekolah rujukan pertama itu, mengutamakan pengembangan akademik, pendidikan karakter dan mengangkat kearifan lokal.
“Sesuai julukannya, sekolah rujukan harus menjadi pionir bagi sekolah lainnya. Maka dari itu, setiap sekolah harus menampilkan keunggulannya masing-masing. Saya selaku ketua forum berharap agar pemerintah terus memberikan dukungan dan ikut mengawal program-program dari FKSR Sultra,” tutup Mahdin.
Untuk diketahui 17 Sekolah Rujukan tingkat SMP Sultra adalah SMPN 1 Kendari, SMPN 2 Konawe Selatan, SMPN 3 Bau Bau, SMPN 1 Wawonii Barat, SMPN 2 Unaaha, SMPN 2 Raha, SMPN 1 Ladongi Kolaka Timur, SMPN 1 Pasarwajo Buton, SMPN 1 Sawergadi Muna Barat, SMPN 1 Lasusua Kolaka Utara, SMPN 1 Bonegunu Buton Utara, SMPN 3 Mawasangka Buton Tengah, SMPN 2 Batauga Buton Selatan, SMPN 20 Poleang Utara Bombana, SMPN 1 Wangi Wangi Wakatobi, SMPN 1 Sawa Konawe Utara dan SMPN 1 Latambaga Kolaka. (isma)
Editor : Yanti Aprilianti