Penjaga Marwah Beringin Bombana

Heryanto Nompa

Para penyuka tantangan selalu tak bisa berlama-lama di satu zona nyaman. Menjalani hidup dengan rutinitas yang sama selama bertahun-tahun biasanya mengekang jiwa kebebasan seorang petualang hidup. Bisa jadi, inspirasi sebagai seorang penantang kehidupan inilah yang mengalir dalam diri seorang pria muda bernama Heryanto A Nompa.

Bagaimana tidak, kariernya sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Bombana yang cukup cemerlang, yang ia sandang sejak 2006, tak segan ia lepas.

Padahal saat itu, ia memegang posisi penting di Dinas Kesehatan Bombana, bahkan dipercaya mengelola berbagai kegiatan yang berpotensi mendongkrak penghasilannya secara ekonomi. Tapi itu tetap saja tidak membuatnya tenang.

Ia mulai menjajal beberapa aktivitas yang tak punya korelasi dengan tugas kedinasannya. Aktif di organisasi kepemudaan KNPI, membuat keinginannya untuk melebarkan sayap pengabdian, dan pilihannya adalah jalur politik.

Tujuh tahun bergelut di dunia birokrasi, alumni Akademi Keperawatan Unaaha 1999, menyatakan mundur sebagai PNS. Alasaannya dia sudah tidak nyaman di birokrasi. Ia pun menyiapkan diri maju di Pilcaleg.

“Jadi PNS itu membuat saya merasa terikat, sedangkan menjadi politisi lebih leluasa. Atas pertimbangan ini, Saya putuskan mundur sebagai PNS,” Heryanto Nomba, membuka alasannya menanggalkan kenyamanan jadi pamong praja.

Selain itu, kata dia, banyak masyarakat yang memang menginginkan dirinya berkiprah di politik. Dorongan dan dukungan itulah yag membuatnya matang, membulatkan tekad untuk hijrah dari status yang justru diburu banyak orang.

Meski terbilang singkat bergelut di birokrasi, namun suami Ns Nurpiarni, S.Keb.M.Kes, menjadikan pengalamannya itu sebagai bekal bermanfaat dalam mengemban amanat masyarakat yang telah memberikan kepercayaan kepadanya.

Kesuksesan karir politik Heryanto A Nompa terbilang sangat cepat. Dia hanya perlu waktu sekitar satu tahun saja untuk mewujudkan niat dan harapannya.

Pasca keluar sebagai PNS, pria kelahiran Kasipute, 21 September 1977 ini langsung memutuskan bergabung Partai Golkar, Kabupaten Bombana.

Keputusan politiknya memilih bernaung di bawah Beringin  Rimbun ini tidaklah terlalu mengejutkan. Saat Pilkada Bombana 2011 lalu, kendati masih berstatus PNS, Heryanto sudah melibatkan diri dalam politik praktis, dan bergabung menjadi lokomotif pemenangan pasangan Subhan Tambera (alm)-Azis Baking.

Meski kandidat yang ia dukung tak menjadi pemenang, tapi pengalaman itu memberinya banyak ilmu soal politik. Jadilah anak muda ini menjadi sebagai salah satu pengurus dan darah muda di bawah panji Beringin.

DPD Golkar Bombana yang kala itu dipimpin Subhan Tambera tak keberatan memasukan namanya sebagai salah satu Caleg yang diusung Golkar dari Dapil Rumbia, di Pemilu 2014 lalu.

Hasilnya tidak sia-sia, saat pesta demokrasi yang dihelat 9 April 2014 lalu, 1.252 masyarakat Rumbia menjatuhkan pilihan kepadanya untuk duduk sebagai anggota dewan, periode 2014-2019.

Hebatnya lagi, kehadiran Heryanto bisa mendongkrak raihan suara Partai Golkar. Padalah, persaingan di Dapil Rumbia sangatlah ketat setelah PAN yang menjadi partai penguasa, mengutus Caleg-caleg yang juga punya kualitas.

Tapi Berkat Haryanto, muruah Golkar bisa terjaga karena minimal bisa mempertahankan 1 kursi di Dapil ini yang sebelumnya dimiliki Sarinah Tambera, tapi terlempar di persaingan di Pemilu 2014.

Keberhasilannya ini membuktikan bahwa kepercayaan yang datang tidak hanya dari partai, tetapi juga dari masyarakat yang cukup baik.

Heryanto berujar, dirinya bukan tanpa alasan menjatuhkan pilihannya di Partai Golkar sebagai kendaraan politik di Pilcaleg.
Selain dia mengidolakan figur dan kesantunan berpolitik yang dimiliki almarhum Subhan Tambera, mantan ketua DPD Golkar Bombana, Partai Golkar dimata Heryanto merupakan partai tua dan besar dan sudah dikenal hampir disemua masyarakat pedesaan.

Selain itu, Partai Golkar tidak susah disosialisasikan ditengah masyarakat, sehingga dia pun terpikat bergabung di Partai berlambang pohon beringin itu.

Menganai motivasinya menjadi anggota DPRD, Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sultra ini punya penjelasan. Sebagai orang yang sudah memasuki arena politik, satu-satunya jalan untuk menyalurkan aspirasi rakyat adalah dengan menjadi wakil rakyat, terutama aspirasi mayoritas, yakni rakyat kecil.

Berbicara kontribusi yang akan diberikan sebagai wakil rakyat, Heryanto berobsesi ingin memenuhi apa yang menjadi harapan dan tuntutan masyarakat di kampung halamannya itu, sehingga membuat mereka hidup lebih sejahtera dan tidak menderita di tanah tumpah darahnya sendiri.

Selain di DPRD Bombana, Heryanto kini sangat aktif memperjuangkan nasib-nasib perawat di jazirah Bumi Anoa. Kepercayaan sebagai Ketua PPNI Sultra membuatnya aktif membangun sinergi dengan pemerintah daerah agar memperhatikan betul nasib perawat.

Di periode kepemimpinannya di PPNI Sultra, dari 2016 hingga 2021 nanti, berbagai program, semisal satu desa satu perawat. “Kami juga ingin memastikan, semua tenaga keperawatan di rumah sakit harus mendapat upah yang layak,” kata ayah tiga anak ini.

Heryanto merasa jika antara tugasnya sebagai wakil rakyat di Bombana dan aktivitasnya di PPNI tidaklah saling mengganggu. “Di DPRD itu kan ada Bamus (badan musyawarah) yang atur jadwal. Nah, jika tak ada jadwal DPRD, saya fokus di PPNI,” katanya.

Selama tiga tahun, duduk di DPRD Bombana, Heryanto mengaku sudah banyak memberikan kontribusi meski diakui belum terlalu signifikan.     Salah satu yang nyata di awal-awal posisinya di dewan adalah memenuhi tuntutan masyarakat dengan mempercepat proses pembahasan Raperda Pilkades dengan membentuk pansus pilkades.

“Saya juga sudah bisa mengawal perjuangan membangun jaringan listrik di Kecamatan Mataoleo, termasuk jalan yang sudah sampai Rp 39 miliar anggarannya di daerah itu,” kata alumni SMP 1 Rumbia itu.

Tidak hanya itu, berkat alokasi anggaran Rehabilitasi Nasional (Rehabnas) pendidikan, berbagai fasilitas infrastruktur pendidikan di Bombana, khususnya di Dapil yang ia wakili sekarang semuanya sudah memenuhi standar layak.

“Problem akut di Bombana ini soal birokrasi yang menurut kami serampangan. Politik sangat berpengaruh pada penempatan tenaga pendidik dan kesehatan. Bagaimana orang bisa maksimal mengabdi, jika dijauhkan dari keluarganya. Ini masalah,” sesalnya.

Di sisa dua tahun keberadaannya di DPRD, anggota Komisi III ini berjani akan mencurahkan pikiran dan tenaganya di lembaga legislatif untuk melakukan fungsi dan tugasnya sebagai anggota dewan demi kemajuan dan kesejahteraan Bombana yang lebih baik.(***)

Editor : Abdi Mahatma

Nama Heryanto, SKM
Kasipute, 21 September 1977
Pendidikan : Sarjana

Istri Ns Nurpiarni, S.Keb.M.Kes
Anak : Herpian Ar’roofi
Herdani Almutaqobir
Herzein Alghofar

Pendidikan

SDN 3 Kasipute 1989
SMP 1 Rumbia 1992
SMAN 1 Baubau. 1995
Akademi Keperawatan Unaaha, 1999
S1 Kesehatan Masyarakat Unhalu 2002

Pengalaman organisasi

Ketua PPNI Sultra periode 2016-2021
Ketua KNPI Bombana 2010-2015
Ketua AMPI Bombana, 2012-Sekarang
Ketua GM Kosgoro Bombana 2012-Sekarang

BombanaGolkar