Cerita Remaja Ikut Vaksinasi, Tolak Hoaks, Percaya Vaksin karena Takut Corona

393
Teefi Tatiana Fildzabillah (kiri), menyerahkan data diri kepada petugas polisi wanita Polda Sultra dalam kegiatan vaksinasi massal yang digelar Alumni Akpol 1989 di Mako Brimobda Sultra, Rabu (13/10/2021). Teefi baru ikut vaksinasi covid-19 setelah hampir 10 bulan merasa takut dengan vaksinasi covid-19. Foto : Dok Pribadi Teefi

KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Sudah hampir satu tahun Teefi Tatiana Fildzabillah mendengar vaksinasi Covid-19. Bahkan diakhir-akhir menimba ilmu di kelas XII  SMAN 4 Kendari awal tahun 2021, remaja putri berusia 17 tahun ini sudah menerima berbagai informasi tentang vaksinasi. Termasuk akibat setelah menerima vaksin.

“Mulai dari pingsan, sakit hingga ada yang meninggal dunia setelah divaksin,” kata Teefi sapaan akrab Teefi Tatiana Fildzabilah. Tapi ada juga informasi baik yang Teefi dengar. Setelah ikut vaksinasi covid-19, ada yang tidak merasakan gejala apapun, ada yang mengantuk hingga cepat lapar serta kebal dari virus corona.  Termasuk informasi lain yang belum dia ketahui pasti kebenarannya.

Beragam kabar ini didapatkan remaja yang baru menamatkan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Juli 2021 ini, dari berbagai sumber. Mulai dari cerita teman-teman sekolah, media sosial, media online hingga nonton di media elektronik.

Kabar ini membuat nyali perempuan cantik kelahiran Kendari 10 Januari 2004 ini ciut. Apalagi dia fobia dengan jarum suntik dan darah. Ketakutannya makin bertambah, karena vaksinasi covid-19 juga bakal menyasar dirinya bersama kelompok remaja berusia 12 hingga 17 tahun.

Makanya begitu mengetahui kelompok remaja sudah mulai menerima vaksinasi, Teefi bergeming. Jangankan mau mengunjungi gerai-gerai vaksin di dekat rumahnya, keluar dari tempat tinggalnya di bilangan jalan Sorumba Lorong Kelapa Kuning, Kelurahan Wowawanggu, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara juga tidak pernah dilakukan.

“Diawal-awal vaksin ini, tidak pernah keluar. Saya di dalam rumah saja. Selain takut terpapar virus corona, juga takut divaksin. Apalagi ibu juga belum divaksin saat itu,” katanya. Namun rasa ketakutan Teefi terhadap vaksinasi covid-19 perlahan-lahan pudar. Selain karena dia sudah banyak mendengar dan menerima kabar manfaat vaksinasi, Ayahnya, juga selalu memberikan informasi akan pentingnya covid-19.

Ditunjang lagi dengan keinginannya meneruskan pendidikannya ke luar Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini membuat dirinya akan beriteraksi dengan banyak orang luar. Selain itu, dia juga ingin sehat dan tidak terpapar Covid-19. Rasa takutnya akan vaksinasi pun akhirnya hilang.  Rabu (13/10/2021), remaja putri dengan tinggi 167 centimeter ini akhirnya memutuskan untuk vaksinasi covid-19. Tidak ada yang memaksanya. Teefi mau divaksin atas keinginannya sendiri.

PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

Teefi memanfaatkan kegiatan vaksinasi massal yang dilaksanakan Kapolda Sultra, Yan Sultra Indrajaya bersama dengan rekan-rekannya sesama abiturien Akademi Militer (Akmil) sekarang Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1989 di Markas Komando Brimobda Sultra. Teefi tidak sendiri pergi vaksin. Ibunya, Harmawati, juga diajak sehingga rasa takutnya berubah menjadi nekad.

Hari itu, Pukul 07.55 WITA, Teefi sudah bersiap diri untuk vaksinasi covid-19. Tidak ada persiapan khusus. Dia hanya sarapan nasi goreng. Selain itu, malam sebelum hari “H” vaksin, Teefi tidur lebih cepat dari biasanya. Tiba di Mako Brimob sekitar pukul 08.00 WITA. Dia bersamanya ibunya langsung menuju tempat pendaftaran dibawah tenda raksasa disisi utara. Ditempat ini, Teefi bersama ibunya antri sekitar 30 menit. Ada beberapa tahapan yang mereka lewati. Mulai dari pendaftaran, screening, vaksinasi, pencatatan dan observasi.

Teefi Tatiana Fildzabillah bersama ibunya antri menunggu giliran vaksinasi covid-19 di Mako Brimobda Sultra Rabu, 13/10/2021. Foto : Dok Pribadi Teefi

Teefi mengaku tidak mendapatkan kendala apapun saat ikut vaksin. Dia melaluinya dengan santai. Saat nomornya dipanggil untuk mendapat suntikan, remaja putri ini menghadapinya dengan rileks. “Yang terasa sakit saat jarumnya disuntikkan ke bahu. Sakitnya seperti digigit semut,” katanya. Setelah itu, Teefi tidak merasakan hal-hal aneh termasuk efek apapun hingga dua minggu menerima suntikan vaksinasi covid-19.

Karena sudah merasakan divaksin, alumni SMAN 4 Kendari tahun 2021 ini mengajak rekan-rekan sebayanya untuk ikut vaksin. “Ayo ikut vaksin. Jangan takut divaksin. Jangan percaya hoaks. Lebih baik takut corona dari pada divaksin,” ucap Teefi.

Meski sudah menerima vaksinasi covid-19 sinovac dosis 1, alumni SMPN 1 Kendari tahun 2018 ini tetap menerapkan protokol kesehatan jika keluar rumah. Kepada remaja lainnya, dia juga mengingatkan hal yang sama. Katanya, jika keluar rumah, jangan lupa pakai masker, mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, menjaga jarak dan hindari kerumunan. “Jika kita patuh protokol kesehatan, Insya Allah jauh dari covid-19,” ungkapnya.

Keefi Ano Parama juga sudah ikut vaksinasi covid-19. Adik Teefi ini justru lebih dulu menerima suntikan Covid-19. Bahkan Keefi sudah paripurna mendapatkan suntikan karena vaksin sinovac dosis 1 dan 2 sudah masuk di tubuhnya. Siswa kelas X MIPA 4 SMAN 5 Kendari mendapatkan suntikan vaksin sejak September 2021 lalu.

Dia juga memanfaatkan vaksinasi massal yang digelar di sekolahnya. Usai menerima vaksin dosis satu dan dua, Keefi mengaku tidak merasakan gejala apapun hingga saat ini. Ditanya alasan mau ikut vaksin, Keefi mengaku agar terhindar dari paparan covid-19, ingin sehat serta rindu bersekolah tatap muka. “Sejak SMP, kelas sembilan tidak pernah belajar tatap muka. Nanti SMA kelas sepuluh dan sudah menerima vaksin baru belajar tatap muka. Itupun masih terbatas. Bagi remaja yang belum vaksin, ayo ikut vaksin,” ajak Keefi kepada rekan-rekan remaja lainnya.

Penulis : Nuryadi

 

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU