Atasi Masalah Gizi, FAO Minta Imbau Masyarakat Indonesia Perbaiki Pola Makan

860
Perwakilan FAO di Indonesia, Stephen Rudgard, saat berkunjung di Hari Pangan Sedunia ke-39 di Sultra, Sabtu (02/11/19). Foto: Mita Ayu.

KENDARI, LENTERA SULTRA.COM – Organisasi pangan dan pertanian dunia atau Food and Agriculture Organization of the United Nation (FAO), mengimbau masyarakat Indonesia agar memperbaiki pola makan untuk mengatasi masalah gizi. Hal ini diungkapkan Stephen Rudgard, Perwakilan FAO di Indonesia, Sabtu (02/11/19), saat menghadiri HPS ke-39 di Sultra.

Akibat globalisasi, dalam beberapa dekade mayoritas masyarakat dunia mengubah pola makan dan kebiasaan makannya. Sebut saja makanan yang kaya akna tepung, olahan, gula, lemak, dan garam.

“Masyarakat di dunia beralih dari pola makan musiman yang kaya akan serat menjadi pola makan yang kaya akan tepung olahan, gula, lemak, dan garam,” kata Stephen Rudgard.

Meski 800 juta orang menderita kelaparan, lebih dari 790 juta diantaranya sekarang mengalami obesitas karena kombinasi diet yang tidak sehat dan kurangnya olahraga di semua negara.

Related Posts

Stephen juga mengatakan, pola makan secara umum di Indonesia tidak sama dengan di kebanyakan negara berpenghasilan menengah. Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi pada beras, namun konsumsi sayur, buah, daging, dan lemaknya rendah.

“Faktanya, Indonesia memiliki porsi asupan energi tertinggi dari biji-bijian khususnya beras. Porsi makanan bukan tepung di Indonesia adalah 30 persen, sedangkan rata-rata global adalah 50 persen,” tambahnya.

Di Indonesia, Lanjut Stephen, harga makanan pokok cukup tinggi. Harga-harga makanan di Indonesia merupakan salah satu yang termahal di Asia Tenggara. Namun faktanya, kelaparan dan obesitas berdampingan di seluruh Infonesia. Kadang bahkan ada di dalam satu rumah tangga yang sama.

Prevalensi nasional kasus stunting pada anak-anak di bawah umur 5 tahun sangat signifikan yakni lebih dari 30 persen dan prevalensi kondisi kurus untuk kelompok usia yang sama juga sangat signifikan hingga 10 persen.

” Menurut saya, inovasi adalah satu-satunya jalan keluar,” tutupnya.

Reporter: Mita Ayu
Editor: Wuu

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU