Aqmar Nadif Ramadhan, Bayi di Bombana yang Terlahir dengan Usus di Luar Perut

BOMBANA, LENTERASULTRA.COM – Belum hilang dari ingatan tentang Kadek, bayi yang menderita gizi buruk. Kali ini, masyarakat Bombana dihebohkan dengan kondisi bayi yang terlahir dengan usus berada di luar perut (gastroschizis).
Dia adalah Aqmar Nadif Ramadhan, bayi yang baru saja lahir 14 hari lalu. Aqmar merupakan bayi dari pasangan Peto Gau (23) dan Ririn (21), warga Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Bayi yang baru lahir melalui persalinan normal di Puskesmas Kabaena itu, kondisinya begitu memilukan. Saat ini, ia tengah menjalani perawatan di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Bombana.
dr Eko, salah satu dokter spesialis anak di RSUD Bombana menuturkan sejak awal dirujuk dari Puskesmas Kabaena, kondisi Aqmar kondisinya memang sudah memprihatinkan. Dimana, usus yang seharusnya terletak pada bagian dalam tubuh berada di luar.
Ia menjelaskan, kondisi seperti ini, akibat dari defek pada dinding perut bayi yang belum terbentuk sempurna. Sehingga sebagian isi rongga abdomen keluar.
Adapun setelah menjalani perawatan, 2/3 usus sang bayi sudah masuk kembali, sekarang tinggal 1/3 ususnya masih di luar karena mengalami infeksi. Katanya, cara penanganannya yakni dengan melakukan penutupan pada defek.
Hal tersebut bisa dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas yang memadai, nah di RSUD Bombana fasilitas tersebut belum tersedia. Makanya, pihaknya mengusulkan kepada keluarga agar pasien dirujuk ke spesialis bedah anak di salah satu rumah sakit yang ada di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).
“Iya sebaiknya secepatnya (ditangani), karena kalau tidak, akan terinfeksi dan dehidrasi yang bisa mengancam nyawa si bayi, dan kemungkinan perlu dilakukan reseksi atau pemotongan usus,” tuturnya saat dihubungi jurnalis lenterasultra.com, Sabtu, (18/5/2019).
Sementara itu, saat ditemui secara terpisah, Pato Gau (ayah pasien) mengaku belum mengambil surat rujukan karena masih terkendala kurangnya dana untuk biaya perjalanan, dan biaya hidup sehari-hari serta biaya operasi bayi jika dirujuk di Kota Daeng.
“Saya belum mengambil rujukan karena terkendala biaya perjalanan, tentu semua butuhkan biaya, saya cuma bisa pasrah dan keluarga masih mengupayakan,” keluh pria yang kesehariannya bekerja sebagai nelayan itu.
Ia berharap, ada uluran tangan dari pemerintah daerah yang untuk membantu biaya penyembuhan anaknya tersebut.