Di UHO, Susi Bicara Pencurian Ikan

776
FOTO : WD ISMAWATI/LENTERA SULTRA Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti (tengah) didampingi Rektor UHO, Prof Zamrun ketika melihat maket kampus UHO, usai menjadi pembicara utama dalam sebuah seminar kemaritiman, Sabtu sore
FOTO : WD ISMAWATI/LENTERA SULTRA
Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti (tengah) didampingi Rektor UHO, Prof Zamrun ketika melihat maket kampus UHO, usai menjadi pembicara utama dalam sebuah seminar kemaritiman, Sabtu sore

LENTERASULTRA.com-Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sepertinya ketagihan berkunjung di Sulawesi Tenggara. Di tahun ini, sudah tiga kali menteri beragaya nyentrik itu menyambangi Bumi Anoa. Pernah di Kolaka, menyisir Pulau Buton dan teranyar di Kendari, tepatnya di Universitas Halu Oleo (UHO), Sabtu (16/9).

Di UHO, Susi Pudjiastuti membawakan kuliah umum. Kedatangannya disambut baik riuh sivitas Universitas Halu Oleo. Buktinya, mulai dari rektor beserta jajarannya termasuk ribuan mahasiswa memadati Auditorium Mokodompit kampus terbesar di Sulawesi Tenggara (Sultra) itu, sebelum Susi tiba. Bahkan ada yang rela berebutan tempat duduk untuk melihat dan menyaksikan orang nomor satu di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI itu.

Menteri Susi bersama rombongannya didampingi oleh Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sultra, M. Saleh Lasata juga beberapa kepala dinas kelautan kabupaten/kota yang ada di Sultra. Sekitar dua jam lamanya, Susi Pudjiastuti menjadi dosen dalam kuliah umum terkait Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia.

“Negara kesatuan kita ini 75 persen wilayahnya air. Olehnya itu, sudah saatnya kita mengubah pola pembangunan dengan menjadikan perikanan sebagai penggerak ekonomi kita.Saya yakin sektor perikanan menjadi salah satu leading  atau sektor utama dari pada pergerakan ekonomi di Sultra, seharusnya seluruh Indonesia juga demikian,” harapnya.

Susi Pudjiastuti mengatakan, dalam 10 tahun terakhir, mata pencaharian nelayan menghilang. Padahal, Indonesia memiliki laut terpanjang kedua dan nomor 7 terluas di dunia. Namun ekspor perikanan hanya menduduki urutan ketiga untuk Asia  Tenggara.

“Ini terjadi karena terjadinya Illegal, Unreporyef and Unregulated (IUU) Fishing atau pencurian ikan dari negara luar. Saat itu, negara asing masih diberi izin untuk mengambil potensi laut kita. Ditambah para pengusaha memutuskan untuk melakukan pencurian ikan sehingga menjadi masalah besar untuk laut kita,” papar Susi.

Sejak dipercaya menakhodai Kementerian Perikanan dan Kelautan, Susi mulai melakukan diplomasi untuk melawan IUU fishing. Kemudian membuat kebijakan untuk meneggelamkan kapal yang mencuri ikan di laut Indonesia. Selain itu, mencabut izin kapal-kapal asing serta melarang aktivitas transit laut yang dapat merusak potensi laut.

“Alhasil, mulai tahun 2016 ikan meningkat. Stok ikan dari 12,5 ton menjadi 6,5 ton. Kita juga berhasil meningkatkan konsumsi ikan dari 3,6 kilo menjadi 43 kilo per tahun. Ditambah lagi, nilai tukar nelayan meningkat 10 persen,” jelasnya.

Selain itu, ia membuat berbagai peraturan untuk melindungi wilayah laut Indonesia dari aksi pencurian ikan. Misalnya, aturan moratorium kapal eks asing, larangan bongkar muat di tengah laut atau transhipment, dan tentang disiplin para pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Lalu,  apa saja hasil dari kerja keras tersebut? Stok ikan nasional kembali meningkat menjadi 12 juta ton dari sebelumnya 6,5 juta ton di 2014. “Ini hasil jerih payah dan ketegasan kita mengatasi IUU Fishing tanpa basa basi,” katanya.
Tidak hanya itu, pemerintah juga mampu mengurangi impor ikan sebesar 70 persen. “Ini menjawab untuk menjaga laut kita dari IUU Fishing, kita patut apresiasi persatuan dari aparat, bahwa pencurian ikan sudah tidak boleh lagi, dan betul-betul dilaksanakan tanpa kompromi,” tutup dia.

Selain memberantas maling ikan, upaya Susi menjaga laut Indonesia lewat Satgas 115 juga mampu menahan masuknya barang-barang selundupan. Contohnya, rokok, minuman keras, beras, paku, triplek dan termasuk senjata api.

Yang lebih parahnya lagi, lanjut Susi, para pelaku illegal fishing di Indonesia ini memanfaatkan bahan bakar minyak (BBM) subsidi. “Maling dikasih minyak untuk curi ikan kita, makanya kita harus berhentikan, tidak boleh ada,” tutup Susi.

Rektor UHO, Muhammad Zamrun mengucapkan terima kasih atas kunjungan Susi Pudjiastuti di UHO. Banyak ilmu dan pengetahuan yang diperoleh dalam kuliah umum tersebut walau hanya sehari. Apalagi sebagian besar peserta dihadirkan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).

“Kemaritiman merupakan salah satu kurikulum utama di FPIK UHO. Sebab kita ketahui bersama bahwa potensi laut Sultra juga sangat besar, misalnya Wakatobi. Jadi perikanan menjadi salah satu sektor utama dalam menggerakkan perekonomian Sultra,” tutup Zamrun. (Isma)

Editor : Yanti Aprilianti

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU