Profil Akmal, Anggota DPRD Bombana -Tunas Muda Beringin Rimbun-

493
Akmal, Anggota DPRD Bombana

Tiap edisi Pemilu digelar di Bombana, ada satu nama kader Partai Golkar yang selalu meraup suara mayoritas di wilayah Poleang Raya. Namanya H Rasyid. Di internal, ia sulit ditandingi bila berebut kursi DPRD Bombana. Hingga akhirnya, Pemilu 2019 lalu, sang tokoh kemudian memilih jalur menuju kursi DPRD Sultra. Ia sekaligus membuka kesempatan kepada kader-kader muda Golkar untuk “menggantikannya” di parlemen lokal.

Peluang ini tak disia-siakan seorang kader muda beringin bernama Akmal. Ia bisa dibilang debutan di Partai Golkar, karena baru pertama kali direkrut dan bersedia ikut kandidasi. Bersama lima kader lainnya, Akmal lalu didaftar sebagai Caleg di Dapil gemuk, yang menyediakan enam kursi di DPRD Bombana yakni wilayah Poleang, Poleang Barat, Poleang Tengah dan Tontonunu. Keputusannya berbuah manis.

Di Pemilu 2019 lalu, pria kelahiran tahun 1979 sukses merebut simpati rakyat di daerah pemilihannya. Suaranya mencapai 1.086. setelah dikumulasi dengan suara rekan-rekannya, Golkar mencapai 2300-an suara, dan cukup untuk meraih satu kursi. “Alhamdulillah, saya yang terbanyak di internal Caleg Golkar di Dapil 3. Makanya saya yang terpilih jadi anggota DPRD Bombana untuk periode 2019-2024,” tutur Akmal, saat

bergaul dan keluarga,” kata Akmal kepada Adhi, wartawan lenterasultra.com, saat di temui di salah satu hotel di Kota Kendari, awal Desember 2021.

Akmal mungkin kader baru di Golkar, tapi ia adalah tunas muda masa depan bagi partai dengan logo beringin rimbun tersebut. Itu sudah ia buktikan di kontestasi Pemilu lalu. Baru bergabung, tapi sudah menjanjikan potensi yang bagus bagi partai yang terkenal dengan warna kuningnya ini. “Golkar, adalah partai yang ideal bagi saya. Sebagai kader baru, saya akan memberi kontribusi penuh terhadap kebesaran partai ini di masa depan,” janjinya.

Lelaki dengan titel Sarjana Ilmu Politik (S.IP) di belakang namanya itu memang dibesarkan di wilayah Poleang. Itulah alasan utamanya, memilih kawasan dengan total pemilih lebih dari 20 ribuan itu sebagai area perjuangannya. Akmal cukup pandai mengatur strategi, hingga di tiap TPS yang tersedia, ia punya pemilih. Di Kelurahan Boepinang misalnya, 270-an orang mencoblos namanya di surat suara.

“Sisanya tersebar di berbagai Desa dan Kelurahan di empat kecamatan dari pemekaran Poleang,” tukasnya. Lelaki yang memang punya lingkungan pergaulan luas ini mengklaim, orang-orang yang memilihnya adalah kawan bergaul termasuk tentu saja keluarga besarnya. Ia menolak bila disebut, ada andil dari kapital besar yang meloloskannya, sebagai selama ini ia memang bukanlah seorang pengusaha.

Sebelum di Golkar, Akmal sejatinya sudah pernah mencoba peruntungan menjadi anggota DPRD Bombana. Kala Pemilu 2014 silam, ia berjuang bersama partai lain sebagai Caleg. Daerah Pemilihannya (Dapil) saat itu masih sangat luas, karena semua jazirah Poleang tergolong area pertarungan. Kursinya memang lebih banyak yakni 11, tapi rivalitasnya jadi lebih tinggi.

Akmal, Anggota DPRD Bombana

Hasilnya, pria yang menamatkan pendidikan di SMA di Poleang tahun 1998 ini hanya meraih 600-an suara. Angka yang tidak cukup untuk menjadi tiketnya ke DPRD Bombana. Alumni Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO) 2006 ini, gagal duduk di DPRD Bombana. Dia berselisih 50 suara dengan rival satu partainya dari calon anggota DPRD incumbent, yang kemudian lolos ke parlemen.

Akmal terjun di dunia politik sejak tahun 2013 lalu. Dia pertama kali bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN). Keberadaannya di partai besutan Zulkifli Hasan itu, setelah Ketua DPC PAN Bombana, Haji Tafdil mengajaknya ikut bergabung dan menempatkannya sebagai pengurus dengan posisi wakil ketua. Akmal bahkan diberi posisi sebagai sekretaris badan pemenangan pemilu dari Dapil Poleang.

Namun keberadaannya di PAN hanya kurang lebih setahun. Sebab, di tahun 2014, Akmal pindah partai di PBB dan maju sebagai salah satu kontestan di Pilcaleg. Empat tahun kemudian, nama Akmal kembali masuk di PAN. Namanya bahkan dipersiapkan sebagai salah satu kandidat di Pilcaleg 2019. Belum juga resmi namanya diusung, daerah pemilihan Poleang tiba-tiba di bagi menjadi dua dapil di Pilcaleg 2019.

Tambahan daerah pemilihan ini menjadi peluang besar baginya. Partai Politik juga berlomba mencari calon untuk dipersiapkan sebagai calon anggota DPRD tahun 2019 dari dapil tersebut. Akmal kemudian memilih “perahu” baru yakni Partai Golkar. Itu setelah, Ketua DPD Golkar saat itu, Ahmad Mujahid, “meminangnya” untuk maju di Pilcaleg 2019.

Ajakan ini disambut Akmal. Dia mundur dari PAN dan memilih ke Golkar. Kalkulasinya sederhana. bila bertahan di PAN, maka peluangnya untuk lolos menjadi kecil karena di PAN terlalu banyak kader yang maju, dengan potensi suara yang mungkin lebih besar darinya. Bila mengincar dua kursi di satu dapil di partai yang sama juga rasanya berat.

Related Posts

“Makanya saya memilih kendaraan politik lain di 2019. Dan itu, saya jatuh hati ke Golkar. Alhamdulillah, saya duduk dan lolos di DPRD Bombana periode 2019-2024,” katanya. Dua tahun di DPRD, Akmal mengaku telah banyak memperjuangkan aspirasi masyarakat. Berbagai program infrastruktur sudah masuk di daerah pemilihannya. Mulai dari perbaikan jalan di Poleang, bantuan alat penangkap ikan bagi nelayan yang kurang mampu, serta berbagai pembangunan infrastruktur lainnya.

Akmal berjanji, di tiga tahun masa jabatannya berlembaga di DPRD Bombana, dia akan tetap menjadi jembatan aspirasi masyarakat dan mengawal apa yang menjadi tuntutan masyarakat yang diwakilinya. “Ini juga mengapa sehingga saya mau menjadi anggota DPRD. Salah satunya adalah membuka pintu kesejahteraan di masyarakat serta menjadi jembatan aspirasi mereka kepada pihak eksekutif selaku pengambil kebijakan,” ucapnya.

Akmal tidak menyangka bisa duduk sebagai wakil rakyat di DPRD Bombana. Sejak menempuh pendidikan tingkat dasar di Poleang, Akmal melalui kehidupannya dengan tidak mudah. Rentetan kegetiran mesti ia lalui. Saat kecil misalnya, ia harus berkeliling kampung menjajakan es lilin hanya agar bisa punya biaya sekolah.

Begitu juga saat sekolah di tingkat menengah pertama di Poleang.  Kala masih berseragam putih abu-abu, situasi hidupnya terasa buram setelah ayahnya, Samsuddin Daeng Malewa “berpulang”. Itulah kenapa, Akmal makin giat mencari nafkah. Selain untuk biaya sekolah, juga untuk kehidupan yang lebih baik. Lelaki perpembawaan lembut ini bahkan pernah jadi karyawan sebuah perusahaan percetakan undangan. Pekerjaan ini dilakukan hingga ia SMA.

Karena alasan ekonomi, Akmal sempat berpikir untuk idak melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Namun karena namanya masuk menjadi salah satu siswa yang lolos melalui program bebas tes di Universitas Halu Oleo, dia akhirnya melanjutkan pendidikannya. Demi membiayai sekolahnya, anak keempat dari enam bersaudara pasangan suami Samsuddin Daeng Malewa dan Andi Mawar ini, terpaksa membantu keluarganya berjualan di Pasar Mandonga, Kota Kendari.

Kendati melalui pergumulan kehidupan yang getir, Akmal cukup piawai membangun jejaring pertemanan dan kehidupan sosial. Sesekali ia terlihat bersama orang-orang di lingkar utama kekuasan, tapi tak jarang ia bisa berbaur dengan anak-anak muda pergerakan dan aktivis mahasiswa. Ia pandai membangun komunikasi efektif, hingga bisa diterima di semua kalangan.

“Modal saya ini, hanya banyak bergaul. Pertemanan saya luas. Aktivitas partai lain, sebelum saya di DPRD ini, kami terbiasa bersama dalam berbagai kegiatan. Di lain waktu, saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam dengan teman-teman mahasiswa dari Bombana membicarakan daerah. Saya kira, kapital sosial inilah yang jadi modal utama saya berpolitik hingga bisa sampai di fase seperti sekarang,” pungkasnya.(***)

 

Biodata :

Nama : Akmal, S.IP

Tempat Tanggal Lahir, Boepinang, 1979

Pendidikan :

SD 3 Boepinang 1992

SMP Boepinang 1995

SMA Poleang 1998

S1 Unhalu 2006

Ketua Himpunan mahasiswa poleang 2002-2004

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU